Pemerintah terus menggencarkan
program hilirisasi agar dapat menjadi mesin pertumbuhan ekonomi negara.
Hilirisasi digeber sejak era kepemimpinan Joko Widodo hingga kini di era
pemerintahan Prabowo Subianto.
Pada periode kedua era
pemerintahannya, Jokowi memutuskan melarang ekspor mineral hasil bumi RI dalam
bentuk mentah sejak tahun 2020, dimulai dengan bijih nikel. Hal tersebut
dilakukan untuk memacu hilirisasi di Indonesia.
Dalam 10 tahun
kepemimpinannya, Jokowi fokus dalam program hilirisasi sumber daya alam.
Beberapa waktu lalu, Jokowi mengatakan dari 2014 hingga 2024 jelang akhir masa
jabatannya, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sektor ESDM sudah lebih
dari Rp 1.800 triliun.
Jokowi pun menekankan
pentingnya hilirisasi untuk menambah nilai dari bahan hasil tambang, terutama
di sektor ESDM, sehingga meminta agar kebijakan itu tidak berhenti begitu saja
dengan alasan apapun.
Jokowi menyebutkan sudah
ratusan tahun Indonesia hanya mengirim hasil tambang, sementara negara lain
yang menikmati keuntungan lebih besar karena bisa mengolah.
"Kemudian, yang pertama
yang ingin saya sampaikan bahwa nilai tambah di sektor ESDM ini sangat penting
sekali. Karena nilainya sangat besar sekali. Nilai tambah harus ada di dalam
negeri. Bukan mentahan yang kita kirim kemudian yang menikmati negara-negara
lain. Nggak bisa seperti itu lagi," kata Jokowi saat memberikan sambutan
dalam acara HUT Pertambangan dan Energi, beberapa waktu lalu.
"Kesempatan kerja malah
tercipta di sana, keuntungan malah mereka yang nikmati. Enggak bisa. Kita sudah
400 tahun lebih mengirim barang-barang mentah ke luar negeri. Yang kaya mereka,
yang menjadi negara maju mereka, kita tidak bisa melompat," lanjutnya.
Jokowi mengingatkan pentingnya
hilirisasi. Ia meminta agar program itu terus lanjut dan tidak berhenti karena
alasan apapun.
"Inilah yang sering saya
sampaikan pentingnya hilirisasi. Industrial downstreaming. Penting sekali.
Jangan ada yang mundur untuk satu masalah ini dengan alasan apapun,"
ujarnya.
Jokowi lantas menyinggung
beberapa smelter yang kini berhasil dibangun di Indonesia. Ia mengatakan
sebelumnya para perusahaan tambang tidak ada yang membangun smelter di dalam
negeri sehingga Indonesia tak merasakan keuntungan lebih.
"Bayangkan, seperti
Freeport, setahun mengolah 3 juta konsentrat tembaga, sudah 50 tahun lebih
mereka mengolah itu. Smelternya ada di mana? Tidak di dalam negeri. Itu yang
gede sekali. Newmont, Amman, 900 ribu ton konsentrat tembaga yang sekian tahun
juga diolah di luar," tandasnya.
Menterengnya Hilirisasi Nikel
Salah satu program hilirisasi
yang dilakukan saat era pemerintahan Jokowi adalah hilirisasi nikel. Jokowi pun
merasa bangga terkait suksesnya program hilirisasi mineral di dalam negeri
khususnya nikel.
"Seperti dikatakan Pak
Menko Luhut Binsar Pandjaitan sekarang sudah US$ 34 miliar nilai dari ekspor
nikel kita, dari yang sebelumnya Rp 33 triliun melompat jadi kira-kira Rp 510
triliun," ungkap Presiden Jokowi dalam peresmian pabrik bahan anoda
baterai lithium milik PT Indonesia BTR New Energy Material, di Kendal, Jawa
Timur, dikutip dari CNBC Indonesia.
Jokowi juga menyinggung
kebijakannya menyetop ekspor bijih nikel ke luar negeri. Bukan hanya pro, namun
banyak yang tak setuju dengan jalan yang ditempuh Jokowi kala itu.
Bahkan Indonesia sempat
digugat oleh Uni Eropa (UE) di Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade
Organization/WTO). Namun Jokowi menegaskan tetap teguh karena Indonesia
merupakan negara yang berdaulat.
"Dan kita kalah. tapi
saya sampaikan negara ini adalah negara yang berdaulat, kepentingan nasional
adalah segala-galanya buat kita. Tidak bisa kita didikte oleh siapa pun,"
terang Jokowi.
Sekarang pemerintah sudah
mulai mengembangkan industri dari kendaraan listrik. Jalan tersebut mewujudkan
impian memiliki ekosistem kendaraan listrik yang kuat dan terintegrasi.
"Smelter nikel dan
turunannya di Morowali, di Weda Bay dan lokasi-lokasi lainnya sudah mulai
berjalan. Yang kedua di Agustus dan September smelter dari Freeport dan Amman
Mineral di Sumbawa dan Gresik juga sudah akan berproduksi," jelas Jokowi.
Selain itu ada juga bauksit di
Mempawah, Kalimantan Barat (Kalbar). Targetnya mulai percobaan produksi pada
bulan depan.
"Kalau semuanya jadi,
ekosistemnya akan terbangun, kita akan bisa masuk ke global supply chain yang
akan memberikan nilai tambah yang besar baik masalah rekrutmen, tenaga kerja
maupun pertumbuhan ekonomi kita," tambahnya.
Jokowi juga menyebutkan soal
pabrik bahan anoda baterai lithium yang diresmikannya pada Juli lalu. Dia
menghargai kecepatan pembangunan pabrik milik PT Indonesia BTR New Energy
Material.
"Saya sangat menghargai
kecepatan pembangunan pabrik ini. Baru 10 bulan yang lalu kita tandatangan di
Beijing. Tau-tau pabriknya sudah jadi. Ini yang namanya kecepatan dan negara
yang cepat akan mengalahkan negara yang lambat dan kita sekarang sudah jadi
negara yang cepat," ucapnya.
Efek Pertumbuhan Ekonomi
Jokowi kerap menekankan
pentingnya hilirisasi sebagai jala Indonesia menjadi negara maju. Sebab,
Indonesia memiliki sumber daya alam melimpah yang banyak dinikmati negara maju.
Jokowi pun mengklaim hilirisasinya sukses besar.
"Alhamdulillah, sampai
saat ini telah terbangun smelter dan industri pengolahan untuk nikel, bauksit,
dan tembaga yang membuka lebih dari 200 ribu lapangan kerja dan meningkatkan
pendapatan negara Rp 158 triliun selama 8 tahun ini," kata Jokowi dalam
Pidato Kenegaraan Presiden di Sidang Tahunan MPR RI 2024 beberapa waktu lalu,
seperti dikutip dari CNN Indonesia.
Ia pun menepis anggapan
keuntungan hilirisasi bahan mentah hanya dinikmati oleh pengusaha. Menurutnya,
keuntungan itu juga akan dinikmati oleh pemerintah dan rakyat dalam bentuk
pajak dan pendapatan negara lainnya.
"Ada yang sampaikan ke
saya 'Pak kan yang untungkan perusahaan. Rakyat dapat apa?' Jangan
keliru," kata Jokowi.
Jokowi kemudian membeberkan
pendapatan negara dari proses hilirisasi yang terus dilakukan Indonesia selama
beberapa tahun belakangan. Misalnya, dari sektor mineral dan batubara,
Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) menurutnya telah melonjak menjadi Rp 172
triliun pada 2023, dari sebelumnya hanya Rp 29 triliun di 2015.
Ia menyebut meningkatnya
penerimaan pajak dari minerba dipengaruhi oleh peningkatan nilai ekspor. Nilai
ekspor nikel contohnya yang meningkat menjadi Rp 520 triliun pada 2023 dari
yang sebelumnya Rp 45 triliun di 2015.
"Kita pungut pajak dari
sana, pajak-pajak perusahaan, pajak karyawan, bea ekspor, pajak ekspor bea
keluar, belum PNBP. Sangat besar sekali," jelas Jokowi.
Seberapa Untung Program
Hilirisasi?
Bicara soal penerimaan negara,
program hilirisasi memberikan kontribusi yang cukup besar. Kementerian
Investasi/ Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat, realisasi
investasi selama 10 tahun era pemerintahan Jokowi - Ma'ruf Amin mencapai Rp
9.117,4 triliun.
"Investasi meningkat
cukup steady, malah sangat baik kalau boleh saya sampaikan. Kalau saya bicara
dengan investor dalam maupun luar negeri, karena di kita ini kestabilan baik
secara ekonomi secara politik terutama tercipta dengan sangat baik. Sehingga,
kepercayaan investor menanamkan modalnya di Indonesia ini makin
meningkat," kata Menteri Investasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani.
Jika dibagi ke dalam 2 periode
pemerintahan Jokowi, realisasi investasi pada periode tahun 2014-2019 tercatat
sebesar Rp 3.294,3 triliun. Sedangkan ada periode tahun 2019-2024, realisasi
mencapai Rp 5.823,1 triliun.
Dari angka realisasi tersebut,
sebanyak Rp 1.245,80 triliun merupakan kontribusi investasi hilirisasi. BKPM
mencatat, sepanjang tahun 2020 hingga September 2024, investasi hilirisasi
terbagi ke dalam 5 sektor yaitu, smelter mineral, minyak dan gas, kehutanan,
pertankian, dan ekosistem kendaraan listrik.
Data BKPM menunjukkan,
realisasi investasi smelter di sektor mineral mencapai Rp 759,83 triliun yang
didominasi pembangunan smelter mineral. Dengan rincian sebagai berikut
Nikel: Rp 514,80 triliun
Tembaga: Rp 46,77 triliun
Bauksit: Rp 194,24 triliun
Timah: Rp 4,02 triliun.
Sementara, realisasi investasi
hilirisasi minyak dan gas berupa industri petrokimia tercatat mencapai Rp
139,61 triliun. Investasi industri bubuk kertas dan kertas (pulp and paper)
mencapai Rp 196,99 triliun,
Investasi hilirisasi pertanian
di subsektor sawit/ oleochemical mencapai Rp 130,23 triliun. Sedangkan, nilai
realisasi investasi hilirisasi sektor ekosistem kendaraan listrik berupa
pembangunan industri baterai kendaraan listrik tercatat mencapai Rp 19,14
triliun.
Hilirisasi Lanjut atau Stop?
Efek dari hilirisasi menuai
banyak reaksi baik negatif dan positif. Bahkan Amerika Serikat mengeluarkan
tudingan serius soal hilirisasi di pemerintahan Presiden Jokowi melakukan
praktik kerja paksa.
Pernyataan ini pertama kali
muncul saat Wakil Menteri Urusan Perburuhan Internasional, Departemen
Perburuhan AS, Thea Lee membahas tren peningkatan pekerja anak dan kerja paksa
di sektor pertambangan mineral di berbagai negara.
Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia membeberkan banyak 'setan' yang mengganggu
hilirisasi nikel. Hal itu karena penuh rayuan dan tentangan dari negara lain.
"Bukan nggak ada
setannya, ini setannya banyak sekali. Jadi waktu kami setop ekspor ore nikel
saat saya masih Menteri Investasi, ini rayuannya di mana-mana paling
banyak," kata Bahlil dalam acara BNI Investor Daily Summit di Jakarta
Convention Center (JCC) Senayan.
Salah satu 'setan' yang
mengganggu jalannya hilirisasi nikel pada saat Indonesia digugat Uni Eropa di
Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Uni Eropa merayu Indonesia lantaran nikel
masuk dalam kategori mineral kritis yang dibutuhkan sebagai bahan baku utama
untuk transisi energi, salah satunya baterai kendaraan listrik.
"Saya cek kenapa mereka
merayu kita sedemikian rupa. Ternyata nikel ini sekarang sudah masuk dalam
kategori kritikal mineral dan dia bagian dari bahan baku untuk menuju kepada
green energy, salah satunya mobil listrik," tutur Bahlil.
Dengan Indonesia menghentikan
ekspor nikel mentah sejak 2020, Bahlil menyebut telah membawa manfaat besar
bagi kemajuan ekonomi nasional.
Hal itu dilihat dari
perbandingan nilai ekspor bijih nikel pada 2017-2018 yang hanya US$ 3,3 miliar,
melesat jika dibandingkan dengan nilai ekspor produk turunan nikel pada 2023
yang mencapai US$ 34,4 miliar.
"Kita memberikan target
untuk ekspor kita 2024 kurang lebih hampir US$ 40 miliar dan untuk komoditas
dari turunan hilirisasi nikel, kita sudah menjadi terbesar di pasar dunia. Ini
sekarang yang terjadi," imbuhnya.
Bahlil juga mengungkapkan
hilirisasi menjadi mesin pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga 2040, dengan
total perkiraan investasi US$ 618 miliar dari 28 komoditas. Perhitungan ini
dibuat ketika dirinya masih menjadi menjadi Menteri Investasi/Kepala BKPM.
Bahlil optimistis, jika
hilirisasi bisa berjalan dan terjadi shifting dari sektor padat karya maka
pendapatan per kapita tanah air pun bisa naik.
"Ini bukan omong-omong
kita buat hilirisasi US$ 618 miliar, ini pikiran Pak Prabowo dan bisa
dieksekusi sebagai mesin pertumbuhan," ujar Bahlil dalam acara Rakornas
REPNAS 2024.
Saat ini PDB per kapita
Indonesia sekitar US$ 5300, dengan target bisa di atas US$ 10.000 untuk menjadi
negara maju dan menjadi pondasi Indonesia emas 2045.
"Kalau masih andalkan UMR
itu lebih identik pada padat karya, kita harus shifting," tegasnya.
Bahlil mengungkapkan Indonesia
memiliki nilai kompetitif tersendiri, yakni kekayaan alam yang menjadi bahan
baku. Jika kekayaan ini 'dikawinkan' dengan industri maka bisa menjadi mesin
pertumbuhan ekonomi.
"Bukan hanya sektor
kelautan seperti perikanan, sektor energi dan batu bara juga bisa. Kalau ini
mampu dieksekusi, ini kita bisa minimal pertumbuhan ekonomi tambah 2%"
kata Bahlil.
Hilirisasi Lanjut di Era
Presiden Prabowo
Karena efeknya yang cukup
baik, Presiden Prabowo Subianto pun bertekad melanjutkan program hilirisasi
yang sudah dikerjakan di era Jokowi. Menurutnya kekayaan Indonesia harus diolah
di dalam negeri dan diurus sebaik-baiknya.
"Bersama-sama kita akan
melaksanakan hilirisasi, yaitu kekayaan Indonesia harus diolah di Indonesia.
Kekayaan kita harus diurus sebaik-baiknya," kata Prabowo.
Prabowo menyebut kekayaan
Indonesia harus dinikmati seluruh rakyat, tidak hanya segelintir orang. Ia juga
bertekad menghilangkan kemiskinan dari Indonesia, dan memberantas praktik
korupsi.
"Saya telah menerima
mandat rakyat Indonesia dengan tujuan menghilangkan kemiskinan dari bumi
Indonesia, untuk menghilangkan korupsi dari bumi Indonesia. Untuk menjaga dan
mengamankan kekayaan dinikmati seluruh rakyat Indonesia dan tidak segelintir orang
Indonesia.
Ia juga menyebut anak-anak
Indonesia harus makan bergizi setiap hari. Seperti diketahui, program makan
bergizi gratis merupakan salah satu program andalan pasangan Prabowo-Gibran.
"Anak-anak kita harus
makan dengan bergizi setiap hari. Hal ini semua membutuhkan kerja sama baik dan
kita menjamin kehidupan rakyat kita lebih baik, lebih sejahtera, adil. Tidak
boleh ada lagi kemiskinan di bumi Indonesia," tuturnya.
Dalam rapat kabinet
perdananya, Prabowo juga kembali menegaskan soal kelanjutan hilirisasi.
Menurutnya, program yang ada sejak era pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) itu
menjadi salah satu kunci kemakmuran.
Maka dari itu, Prabowo meminta
kepada para Menteri terkait dalam hal ini Menteri Investasi dan Hilirisasi
/Kepala BKPM Rosan P Roeslani, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
Bahlil Lahadalia serta Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian)
Airlangga Hartarto segera menginventarisir proyek penting dalam hilirisasi di
Indonesia. Bahkan, Prabowo meminta untuk 26 komoditas harus dihilirisasi.
"26 komoditas proyek
vital. Dalam 26 komoditas harus dihilirisasi, segera dirumuskan, bikin daftar
dan segera mencari dana sehingga kita bisa mulai hilirisasi dalam waktu
singkat," ungkap Prabowo.
Di samping itu, Prabowo juga
menekankan kepada para Menteri untuk mempersiapkan program kerja (proker) untuk
bisa segera dikoordinasikan, sehingga, proker tersebut bisa segera memberikan
kontribusi secara terukur dan bersinergi.
"Pelajari semua proyek
jangan ada proyek mercusuar. Semua ditujukan pada pidato saya pada hari
pelantikan saya. Kita harus swasembada pangan. Perang besar bisa pecah setiap
saat, kita harus jamin beri makan sendiri swasembada energi mutlak," tegas
Prabowo.
No comments:
Post a Comment