Perekonomian Indonesia masih
bisa tumbuh 5,11 persen di tengah pelemahan ekonomi global.
Presiden Joko Widodo (Jokowi)
bersyukur Indonesia mampu bertahan dari hambatan dan tantangan global.
Menurutnya, di tengah
kesulitan dunia ekonomi RI masih tumbuh di atas 5 persen.
Hal itu disampaikan Jokowi
dalam sambutannya di pembukaan Rakernas XVI APKASI di Jakarta Convention Center
(JCC), Jakarta, Rabu (10/7).
"Ekonomi kita masih
tumbuh 5,11 persen di kuartal I-2024. Sangat sulit sekarang ini negara-negara
bertahan dengan growth di atas 5 persen. Coba nanti bapak, ibu cek
negara-negara lain angkanya seperti apa," kata Jokowi.
Selain pertumbuhan ekonomi,
hal yang patut disyukuri ialah angka inflasi Indonesia yang masih dalam
kendali. Hal ini berbeda dengan inflasi Argentina dan Turki yang mengerikan.
"Dan juga inflasi yang
bisa kita kendalikan. Terakhir di Juni, berada di 2,5 persen inflasi kita. Ini
berkat bapak, ibu sekalian yang selalu rapat dengan mendagri setiap hari Senin
rutin setiap Minggu, tapi hasilnya ada," kata Jokowi di depan para kepala
daerah.
"Coba lihat Argentina
inflasinya sekarang berapa? Bapak, ibu cek saja. Turki inflasinya berapa? Coba
bapak, ibu cek. Mengerikan sekali angkanya," sambung Jokowi.
Jokowi pun mewanti-wanti para
bupati untuk mengetahui angka inflasi di daerah yang mereka pimpin.
Sebab, ia bakal menanyakan hal
tersebut saat kunjungan kerja.
Jokowi kerap bertanya mengenai
angka inflasi di daerah tiap kali melakukan kunjungan kerja ke pasar-pasar.
"Sekarang kalau saya ke
daerah, pasti masuk pasar. Bupatinya pasti saya tanya. Inflasinya berapa bulan
kemarin," ungkap Jokowi.
Sebagai informasi, berdasarkan
laman Bank Indonesia, inflasi merupakan kenaikan harga barang dan jasa secara
umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu.
Kenaikan harga dari satu atau
dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas
atau mengakibatkan kenaikan harga pada barang lainnya.
Perhitungan inflasi dilakukan
oleh Badan Pusat Statistik (BPS) di Indonesia. BPS melakukan survei untuk
mengumpulkan data harga dari berbagai macam barang dan jasa yang dianggap
mewakili belanja konsumsi masyarakat.
Data tersebut kemudian
digunakan untuk menghitung tingkat inflasi dengan membandingkan harga-harga
saat ini dengan periode sebelumnya.
No comments:
Post a Comment