Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian mengapresiasi
pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berada di angka 5,11 persen.
Angka ini menunjukkan ekonomi Indonesia tumbuh positif pada
triwulan I-2024 dan lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun 2023.
"Nah dengan angka 5,11 persen ini, di negara-negara
G20 negara kita di urutan nomor dua setelah China, ini angka yang sangat bagus,
stabil dan menjadi sorotan dunia, pujian dunia," kata Tito dalam
keterangannya di Jakarta, Senin.
Namun demikian, angka tersebut belum menggambarkan
pertumbuhan ekonomi yang merata di berbagai wilayah di Indonesia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) l, distribusi
Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan I-2024, nilai tertinggi masih berada
di Pulau Jawa (57,70 persen).
Angka ini diikuti oleh Sumatra (21,85 persen), Kalimantan
(8,19 persen), Sulawesi (6,89 persen), Bali dan Nusa Tenggara (2,75 persen),
serta Maluku dan Papua (2,62 persen).
Sementara itu, secara spasial tiga kelompok provinsi dengan
pertumbuhan ekonomi tertinggi adalah Maluku dan Papua, Sulawesi, serta
Kalimantan.
Baca juga: Kemendagri mutakhirkan data wilayah administrasi
di Jatim
Baca juga: Kemendagri ajak daerah ambil langkah inovatif
hadapi tantangan global
Pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut utamanya didorong
oleh kegiatan pertambangan, industri logam, dan pembangunan Ibu Kota Negara
(IKN).
"Maluku dan Papua angka 12,15 persen pertumbuhan
ekonomi, ini tinggi. Kemudian kita lihat yang kedua adalah daerah Sulawesi.
Artinya bergeliat Maluku dan Papua, kemudian Sulawesi ini bergeliat ekonominya,
bukan hanya bergeliat tapi bergerak kencang, Sulawesi 6,35 persen, angka yang
cukup bagus. Kemudian Kalimantan 6,17 persen, berikutnya Bali-Nusra itu di
angka 5,07 persen," ujarnya.
Dia mengingatkan dalam upaya menjaga pertumbuhan ekonomi,
pihaknya meminta pemerintah daerah (Pemda) terus melakukan tindak lanjut secara
serius, terutama berkoordinasi mengendalikan inflasi.
Apalagi situasi dunia juga berjalan dinamis yang
berpengaruh terhadap kondisi dalam negeri, seperti masih adanya krisis di Timur
Tengah yang berdampak terhadap ketidakpastian situasi ekonomi dunia.
Untuk itu, Tito meminta Pemda serius melaksanakan
koordinasi inflasi, karena masyarakat yang membutuhkan paling banyak didominasi
low class.
"Politik ini menjadi banyak komoditas dari elite
menengah ke atas, tapi masyarakat bawah terutama yang low class mereka lebih
peduli kepada masalah urusan-urusan sehari, terutama urusan masalah kebutuhan
hidup, pangan, maka ini penting sekali pengendalian inflasi dan menjaga
pertumbuhan ekonomi," tutur Tito.
No comments:
Post a Comment