KETUA Dewan Penasihat Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jimly Asshiddiqie menilai Pemilihan Umum (Pemilu 2024) tidak separah 2019. Berbagai situasi memperburuk keadaan di tahun politik 2019 hingga menimbulkan korban jiwa.
"Presidennya incumbent (petahana), dia kampanye sendiri dan secara alamiah, struktur birokrasi kita, secara diam-diam itu ikut main, itu 2019. Sedangkan 2024, ya tidak separah itu, yang meninggal cuma 90 petugasnya dan yang demo tidak ada yang jadi korban, dan isu politik agama itu tidak seperti 2019," kata Jimly dalam acara Halalbihalal ICMI di Kantor Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan, Rabu malam, 1 Mei 2024.
Jimly mengatakan tingkat partisipasi pemilih di Pemilu 2024 juga masih terbilang baik. Masyarakat yang berpartisipasi di kontestasi politik tersebut masih tinggi meskipun turun dari 2019.
"Tingkat partisipasi politik pun 2019, itu 81,9, sekarang turun. Jadi dari 2004, jumlah pemilih itu turun sampai 2014. Naik lagi itu 2019, 81,9%. Nah sekarang itu agak turun sedikit, 81,8%, tetap tinggi tapi lebih turun," ucap Jimly.
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) menambahkan bila ada pihak yang tak terima dengan situasi Pemilu 2024 hanya disampaikan oleh pihak yang kalah. Jimly juga menyinggung Wakil Presiden (Wapres) ke-10 dan ke-12 RI, Jusuf Kalla (JK) dan Kuasa Hukum Tim Ganjar Pranowo-Mahfud MD, Todung Mulya Lubis.
"Cuma begini, Pak Jusuf Kalla bilang, ini Pemilu terburuk dalam sejarah. Nah itu tim-nya 03, Todung Mulya Lubis siapa lagi, sama ngomongnya, ini Pemilu 2024 terburuk dalam sejarah. Ya biasa itu, jadi biasanya yang kalah itu selalu bilang ini terburuk," ujar Jimly.
(Z-9)
No comments:
Post a Comment