Direktur
Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia (JMI) Islah Bahrawi mengingatkan
potensi rumah ibadah yang dapat ditunggangi oleh para penyebar
ekstremisme, radikalisme, dan terorisme atas nama agama untuk
menyebarkan ajaran dan paham tersebut.
"Kita jangan pernah tabu
mengatakan itu. Tidak hanya di Islam, ekstremisme dan radikalisme di
agama Kristen juga bergerak di gereja, begitu juga dengan Hindu dan
Budha akan bergerak di kegiatan masyarakat di pura dan wihara," kata
Islah dalam keterangan dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme
(BNPT) yang diterima di Jakarta, Kamis.
Dia menambahkan potensi
penyebaran paham ekstremis, radikal, teroris itu dapat terjadi karena
kegiatan keagamaan Islam terpusat di masjid. Begitu pula dengan kegiatan
berbasis infiltrasi ideologi, yang ingin menginjeksi dengan agama, juga
akan masuk masjid dan pesantren, menurut dia.
"Otomatis
penyebaran itu bergerak di pusat dan simpul kegiatan keagamaan
masyarakat, tidak terkecuali di pesantren atau masjid," tambahnya.
Namun
demikian, dia mengatakan potensi penyebaran itu tidak hanya terjadi di
Masjid, melainkan di rumah ibadah agama-agama lain. Hal ini, menurut
Islah, disebabkan oleh polarisasi radikalisme dan ekstremisme ada di
semua agama
dan kelompok dengan paham tersebut ingin menguasai simpul aktivitas masyarakat dari tempat ibadah.
"Kita
tidak boleh berat hati atau malu mengatakan itu karena polanya memang
seperti itu," katanya. Menurutnya, para pelaku teror itu terpapar
ekstremisme di kegiatan keagamaan, termasuk literasi keagamaan mereka.
Islah
juga mengajak semua pihak untuk mengakui bahwa ada gerakan teror yang
mengatasnamakan agama Islam di Indonesia, karena faktanya sudah banyak
kejadian teror membawa nama agama Islam.
Artinya, tambahnya, pola
gerakan radikal selalu menunggangi agama pemeluk mayoritas di suatu
negara dan bergerak dalam jalur agamanya. Kalau ingin menunggangi Islam,
katanya, pasti melewati jalur keagamaan Islam entah itu pesantren atau
masjid.
Islah mengaku seluruh masyarakat untuk terbuka mengakui
fakta tersebut, dengan dibuktikan oleh adanya ceramah di masjid yang
mengajarkan bughat (pemberontakan), bahkan pernah terungkap sebuah
masjid di Banjarmasin jadi tempat merakit bom.
No comments:
Post a Comment