Oleh : Saefudin )*
Perpindahan Ibu Kota Negara (IKN) tidak hanya dimaknai sebagai pemindahan gedung pemerintahan. Relokasi IKN tersebut merupakan upaya perubahan pola kerja dan akselerasi transformasi sosial demi terciptanya masyarakat yang berperadaban tinggi.
Ibu kota negara baru (IKN) di Penajam Paser Utara belum diresmikan karena saat ini masih dalam tahap persiapan. Rencananya baru 2024 IKN akan diresmikan. Berbagai persiapan memang dilakukan agar berjalan dengan lancar, mulai dari fasilitas pendukung, jalanan untuk infrastruktur, sampai ke persiapan transformasi sosial.
Masalah sosial memang wajib diantisipasi tetapi tidak ada konflik, karena warga asli sana menerima pendatang dengan senang hati. Masyarakat tidak usah khawatir karena perpindahan ibu kota terjadi secara resmi dan pelaksanaannya diawasi baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah Kaltim. Sehingga masyarakat asli menerima dengan hati terbuka dan tidak akan berkonflik dengan para pedatang.
Memang akan ada perubahan setelah ada IKN di Kaltim, terutama karena ada pendatang dan warga asli. Hal ini akan memicu transformasi sosial, yakni perubahan menyeluruh dalam masyarakat yang terjadi karena kontak dengan kebudayaan lain. Contohnya adalah perkembangan teknologi informasi komunikasi.
Kepala Badan Intelijen Negara Jenderal Polisi (purn) Budi Gunawan menyatakan bahwa pembangunan ibu kota negara merupakan akselerasi pembangunan transformasi sosial, menuju terciptanya masyarakat yang berperadaban tinggi dan maju. Budi Gunawan melanjutkan, target sosiokultural ini bukti pembangunan IKN Nusantara bukan semata persoalan pembangunan sarana, prasarana, atau infrastruktur. Oleh karena itu, calon penduduk IKN harus memiliki pemahaman tentang visi pembangunan manusia Indonesia. Sehingga mengalami peningkatan kapasitas menerima perubahan, keragaman, dan menerima perubahan alias absorptive capacity.
Calon penduduk IKN adalah ASN yang diboyong dari DKI Jakarta karena kantor mereka pindah ke Kalimantan Timur. Akan tetapi nantinya penduduk di sana juga ditambah dari kalangan sipil. Para tambahan ini harus memahami bahwa pindah tak sekadar pindah, tetapi juga harus mampu beradaptasi dengan keadaan di Kalimantan yang beda jauh dengan di Jawa.
Diharap penduduk baru IKN akan membawa banyak hal positif seperti mengajari penduduk lokal tentang teknologi informasi. HP tidak Cuma sekadar membuka WA atau sosial media, tetapi juga dijadikan alat untuk mencari cuan, dengan membuka lapak di dunia maya. Jika diajarkan tentang bisnis online tentu mereka akan makin maju, karena market dagangannya makin meluas (di seluruh Indonesia bahkan dunia).
Contoh lain transformasi yang terjadi adalah penggunaan internet dalam kehidupan sehari-hari. Jangan Cuma buka situs untuk main game, tetapi masih banyak manfaatnya. Misalnya untuk membuka berbagai situs tentang ilmu pengetahuan dan mendapatkan modul pelajaran terbaru, membuat website sendiri sehingga memperbesar potensi daerah, dll.
Dengan demikian maka transformasi sosial akan terjadi dengan mulus. Penduduk asli akan menerima para pendatang dengan tangan terbuka, karena mereka sopan dan mau memberi ilmu, terutama di bidang teknologi informasi. Transformasi memang penting karena harus ada pemerataan di seluruh Indonesia, termasuk di Borneo.
Pemindahan ibu kota negara ke Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, akan membawa banyak manfaat. Bukan hanya ada pembangunan fasilitas dan infrastruktur, tetapi juga ada transformasi sosial. Masyarakat asli Borneo akan mendapatkan untung karena bisa lebih memahami teknologi informasi untuk mempermudah kehidupan mereka.
)* Penulis adalah kontributor Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini
No comments:
Post a Comment