Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Doni Monardo, menyampaikan bahwa pendekatan-pendekatan berbasis kearifan lokal diharapkan bisa menjadi ujung tombak, sehingga para pimpinan sampai tingkat paling rendah yaitu kepala desa dapat menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat.
”Istilah-istilah asing harus bisa diterjemahkan menjadi bahasa yang dapat dipahami oleh masyarakat, termasuk penggunaan bahasa daerah. Seperti halnya droplet, kemudian social distancing, physical distancing, new normal,” ujar Ketua Gugus Tugas saat memberikan keterangan pers usai mengikuti Rapat Terbatas (Ratas) di Istana Merdeka, Provinsi DKI Jakarta, Senin (29/6).
Ini diharapkan, lanjut Doni, bisa diterjemahkan oleh segenap pimpinan di daerah agar yang penting masyarakat bisa memahami.
Lebih lanjut, Ketua Gugus Tugas juga menyampaikan bahwa Presiden memberikan instruksi untuk menambah jumlah unsur TNI-Polri dalam rangka upaya mitigasi juga tenaga dokter, tenaga perawat, kemudian juga alat perlengkapan medis yang dibutuhkan.
Demikian juga, lanjut Doni, peran dari para mahasiswa yang ada daerah, sehingga secara bersama-sama bisa melakukan upaya-upaya untuk mengurangi risiko, dan paling penting adalah bagaimana protokol kesehatan tetap dilakukan: pakai masker, jaga jarak serta cuci tangan.
Ia menambahkan bahwa salah satu poin yang relatif sulit dilakukan adalah jaga jarak. ”Oleh karenanya, seluruh unsur pimpinan di daerah diharapkan dapat melakukan berbagai macam strategi, melakukan berbagai macam inovasi sehingga kegiatan-kegiatan masyarakat yang dapat menimbulkan kerumunan ini bisa dikurangi dan juga bahkan dihindari,” pungkas Doni.
No comments:
Post a Comment