Keramahtamahan warga serta perilaku yang masih menjunjung tinggi adat kebudayaan selalu memberikan kesan tersendiri bagi wilayah Paling ujung timur Indonesia.
Apalagi, Bumi Cendrawasih ini terkenal akan kekayaan alamnya yang sangat melimpah. Hal ini pulalah yang kemungkinan membuat pihak luar menginginkan hak atas kepemilikan wilayah Papua.
Bukan tak mungkin kiprah Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang gencar menyuarakan kemerdekaan atas nama Papua memiliki tujuan lain.
Terlebih, OPM ini akrab dengan kekerasan serta perilaku menyimpang terhadap pihak-pihak yang tak menyetujui kemerdekaan Papua. Sehingga rakyat Papua bertanya-tanya demi siapakah OPM ini berjuang?
Selama ini OPM yang populer atas sikap frontal dan tergolong keji terhadap rakyat Papua membuat masyarakatnya enggan merespon segala yang dilakukan.
OPM bahkan terindikasi terus menyebarkan ideologi separatis guna memisahkan diri dari Indonesia. Padahal OPM selalu menyengsarakan masyarakat Papua dan Papua Barat karena menghambat Pembangunan.
Oleh karena itu, Pemerintah dan masyarakat harus tegas dalam memberantas OPM agar kesejahteraan rakyat dapat terwujud.
Keinginan Masyarakat Papua untuk hidup damai sebagai bagian NKRI terlihat saat Minggu 1 Desember 2019 lalu tepat ulang tahun Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang ke 54.
Sepi peminat begitulah kira-kira. Karena memang, warga Papua lebih memilih beribadah di gereja. Mereka melakukan penolakan untuk berkumpul mengikuti ajakan kelompok kriminal bersenjata (KKB) yang menimbulkan kerusuhan seperti tahun-tahun sebelumnya. Sehingga suasana Papua pun tampak aman dan damai.
Menurut pandangan analis konflik dan terorisme Alto Luger menyatakan bahwa euforia 1 Desember tahun ini, sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Alasannya ialah masyarakat di sana telah menganggap OPM dan kelompok-kelompok pro kemerdekaan Papua Barat lainnya yang bertanggung jawab atas kerusuhan dan pertumpahan darah di Wamena beberapa waktu lalu.
Yang mana sebelumnya OPM ini dianggap sebagai organisasi untuk memperjuangkan kepentingan orang Papua, malah menimbulkan kerugian bagi orang Papua sendiri.
Alto pun mengapresiasi pendekatan yang dilakukan oleh pemerintahan Joko Widodo saat ini terhadap Papua. Menurutnya, upaya pemerintah yang lebih melakukan pendekatan humanis, dengan sendirinya mampu meningkatkan rasa cinta tanah air orang Papua terhadap Indonesia sendiri.
Bahwasannya, kemerdekaan yang sesungguhnya berakar dari rasa aman, nyaman dan damai yang mampu didapatkan oleh seluruh warga negara, termasuk Papua. Bagi mereka tak ada yang lebih diinginkan selain menjalani kehidupan dengan tenang tanpa gangguan pihak manapun, termasuk kelompok separatis, OPM.
Jika rakyat Papua saja sudah menyatakan kemerdekaannya dengan tetap bersama NKRI, OPM bisa apa?
Ditambah lagi, apa yang dilakukan oleh pemerintah di Papua juga akan mempengaruhi upaya penguatan diplomasi di tingkat Internasional. Negara-negara yang sebelumnya memberikan ruang gerak bagi kelompok separatis Papua untuk tetap eksis, pastinya perlahan akan melihat bahwa apa yang kelompok separatis ini suarakan menjadi tidak relevan lagi.
No comments:
Post a Comment