Kekejaman Organisasi Papua Merdeka (OPM) atau Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) kian hari kian meresahkan. Mereka bergerak secepat kilat membabat habis setiap pihak yang bersilangan dengan organisasi yang menaunginya.
Dalam hal ini, Pemerintah tak perlu basa-basi, kerahkan segala kekuatan untuk melawan Organisasi Papua Merdeka.
Sepak terjang OPM hampit tak pernah redup. Organisasi penganut garis keras ini sering bertindak kejam dan tidak berperikemanusiaan. Sudah sepantasnya OPM ditumpas karena selalu menyengsarakan masyarakat.
Sudah banyak yang mengecam aksi biadab OPM. Mereka bukan hanya mengintimidasi, mereka dengan keji memperlakukan warga tanpa pandang usia. Mulai anak-anak hingga dewasa. Bahkan, mereka tak segan untuk menghilangkan nyawa korbannya.
Aksi separatis ini juga menuai banyak protes, mereka menggaungkan HAM, sementara mereka melanggarnya sendiri dengan bertindak melampaui batas.
Sejumlah kasus berkenaan dengan OPM seperti tak ada habisnya. Padahal duel argumen menurut PEPERA yang telah disahkan baru-baru ini tak juga menyurutkan langkah mereka. Mereka terus “merongrong” pemerintahan untuk memberikan hak disintegrasi bagi Bumi Cendrawasih untuk dikelola warganya sendiri. Terlebih, ketika proyek pembangunan insfrastruktur tengah berlangsung, para pekerja telah diancam dan tak segan dilukai oleh OPM atau KKB ini.
Bukan hanya satu atau dua laporan saja terkait pergerakkan organisasi ini. Contoh kasus, insiden penembakan salah satu anggota Polri, Briptu Hedar.
Disebutkan saat itu Briptu Hedar tengah melakukan penyelidikan terkait KKB, di Kampung Usir, Puncak, Papua. Lokasi tersebut dinilai menjadi salah satu basis operasi gerakan separatis. Briptu Hedar pun ditangkap serta disandera. Saat hendak kabur, dirinya ditembak secara membabi buta hingga tewas.
Juru bicara TPNPB-OPM, Sebby Sambom menyatakan hal ini sebagai tindakan balas dendam, sebab TNI Polri telah menembak para anggotanya.
Menurut laporan Pelaku merupakan KKB (Kelompok Kriminal Bersenjata), dengan pimpinan bernama Goliat Tabuni. Dirinya merupakan Panglima tertinggi dari OPM ini. Goliat dikenal keji, hal ini terbukti saat beberapa kali melakukan tindakan tak berperikemanusiaan terhadap warga dan juga aparat keamanan.
Dengan beraninya mereka menyatakan perang kepada aparat TNI-Polri. Pernyataan perang ini juga diaminkan oleh pihak TNI-Polri.
Goliat bahkan tak segan melibas warga Papua yang tidak mendukung gerakan OPM ini. Bahkan, Goliat juga berani melawan anggota TNI.
Entah sudah berapa jumlah korban yang berjatuhan yang dilakukan oleh OPM atau KKB ini.
Sekedar informasi, sepak terjang Goliat Tabuni melawan pemerintah telah dimulai sejak tahun 2004 silam. Dia melancarkan aksi perjuangannya bersama Kelik Kwalik, yakni pemimpin separatis senior serta komandan dari sayap militer OPM. Namun Kwalik tewas dalam invasi polisi di salah satu tempat persembunyiannya di Gorong-Gorong, Timika, tepatnya pada tanggal 16 Desember 2009. Goliat tak henti menjanjikan kemerdekaan bagi Papua, namun hal itu tak kunjung terwujud.
Pasca reformasi melalui TPN-OPM di Biak Markas Perwomi pada Mei 2012 silam.
Goliat terpilih menjadi Panglima Tinggi Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat atau yang populer dengan TPNPB. Selanjutnya Goliat Tabuni mendirikan markas di daerah Tingginambut Puncak Jaya, Papua. Pada Maret tahun 2015, dirinya sempat melemah dan dikabarkan menyerahkan diri kepada pihak TNI. Saat proses ini, Goliat meminta dibuatkan sebuah rumah adat Honai beserta markas Koramil TNI. Namun ternyata hal itu hanyalah kabar angin saja.
Kabar ini dibenarkan oleh Mayor Jenderal Fransen G. Siahaan, selaku Panglima Angkatan Darat 17 Cendrawasih. Dirinya menyatakan bahwa yang menyerahkan diri adalah anggota dari Goliat Tabuni. Terdapat sekitar 23 orang yang saat itu mengaku anggota Panglima OPM tersebut. Sementara sang pentolan masih belum turun gunung dan dinilai sedang bersembunyi.
Pemerintah diharapkan untuk fokus perangi organisasi yang tak berperikemanusiaan ini. Kalau perlu babat habis hingga ke akarnya. Bukankah pemerintah telah melunak saat memberikan kesempatan mereka untuk bergabung dengan NKRI. Namun, bukan menyambut baik, mereka justru kian membabi buta menyerang tanpa ampun.
No comments:
Post a Comment