Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengatakan bakal mengevaluasi pelayanan kesehatan yang memakai BPJS Kesehatan, salah satunya terhadap peserta yang menderita penyakit jantung. Ia menyebut pengobatan yang diberikan untuk penyakit jantung berlebihan dalam penanganannya.
“Ada review dari jurnal yang menyatakan bahwa pengobatan dengan obat-obatan apalagi pencegahan tidak lebih efisien dibanding sten, operasi, dan sebagainya,” kata Terawan di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis (21/11).
Terawan menyebut dengan mengevaluasi pelayanan pengobatan penyakit jantung yang memakai BPJS Kesehatan beban pembayaran bisa berkurang. Menurutnya, pengurangan beban pembayaran ini bisa mencapai 50 persen.
“Kalau itu bisa diperbaiki, yang over itu, sehingga kalau yang nye-tent sesuai dengan diagnosanya. Kalau mau operasi ya operasi sesuai diagnosanya. Itu bisa menurunkan sampai 50 persen. Banyak loh Rp10 triliun,” ujarnya.
“Kalau bisa turun 50 persen saja, itu sudah membuat kita bahagia. Rp5 triliun dihemat. Lalu kita lihat indikasi-indikasinya. Jangan sampai over indikasi,” kata mantan kepala RSPAD Gatot Subroto itu.
Terawan mengatakan mendapat arahan dari Presiden Joko Widodo untuk mengevaluasi pelayanan berlebihan dalam penanganan penyakit yang ditanggung BPJS Kesehatan. Ia menyebut selama ini banyak pelayanan berlebihan yang tak sesuai dengan literatur.
“Mana pelayanan pelayanan yang belum sesuai dengan pelayanan yang ada kita naikkan. karena semuanya harus sesuai dengan standar yang sudah ditentukan oleh peraturan perundang-undangan,” tuturnya.
Pensiunan jenderal bintang tiga TNI AD itu menyatakan bakal duduk bersama Direktur Utama BPJS Kesehatan Fahmi Idris untuk mengevaluasi sejumlah pelayanan yang diberikan BPJS Kesehatan kepada pesertanya.
“Saya dengan Dirut BPJS akan melakukan koordinasi intens, tidak lagi pakai tim kecil, tapi saya berdua ini. Langsung saya pimpin langsung berdua untuk menyikapi, menindaklanjuti arahan yang terjadi,” ujarnya.
No comments:
Post a Comment