Pemerintah wajib ungkap dan usut pihak asing yang terus gerogoti kedamaian Papua dengan memprovokasi isu separatis di Papua. Terdapat Berbagai pihak yang ikut bermain di tanah Papua. Berbagai pihak yang berlatar belakang bedapun ikut bermain atas instabilitas Papua, hal ini tidak lain ingin menghancurkan Indonesia khususnya pemerintah yang sah. Berbagai alasan dan kepentingan bertemu untuk membuat kekacauan demi kekacauan di Indonesia. Pemerintah Indonesia tidak boleh lengah dan lemah menghadapinya. Pemerintah harus mengungkap dan mengusut pihak pihak yang terlibat.
Menurut Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara, ada sekitar 20 negara yang ikut menyebarkan berita hoaks. Pihaknya pun menemukan 500 ribu URL hoaks penyebab kerusuhan di Papua tadi.
Timbul pertanyaan, siapa yang mendisain dan membuat propaganda hoaks ? Sejauhmana mereka telah merasuki berbagai info sesat terhadap orang Papua? Adakah peran “asing” disana?
Pihak “Asing” tentunya tidak bekerja sendiri dalam memuluskan agendanya membuat Papua rusuh untuk menguasai Papua demi kepentingan ekonomi dan kepentingan sosial politik. Mereka pihak asing dan kompradornya berkonspirasi dengan pihak-pihak jaringan didalam negeri melalui berbagai isu propaganda yang ujungnya mendorong Papua merdeka. Isu papua selalu dijadikan komoditas politik elit politik nasional dalam melakukan bargaining untuk kepentingan kekuasaan dan jabatan.
Sejak dahulu kelompok politik Papua seperti United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) dan Komite Nasional Papua Barat (KNPB) bersama-sama aktif menyuarakan tuntutan agar pemerintah Indonesia mengakui kedaulatan bangsa Papua Barat. Berbagai manuver di luarnegeri terus dilakukan dengan cara yang tidak gentlemen. Rakyat Papua dimanipulasi dengan sedemikian rupa dengan berbagai tipu daya sementara oknum oknum tersebut yang berjuang diluarnegeri menikmati hidup dengan bersenang senang.
Pada saat ketika peringatan HUT kemerdekaan RI mereka juga terus memprovokasi masyarakat Papua agar mendukung propaganda mereka untuk membentuk opini di dunia internasional bahwa seolah-olah seluruh masyarakat Papua tidak mengakui entitasnya dalam NKRI, sehingga dijadikan “pintu masuk” oleh salah satunya seperti Benny Wenda bersama ULMWP melalui gerakan pragmatis mereka khususnya di wilayah Pasifik Selatan, untuk memperjuangkan kemerdekaan Papua. Berkat upaya diplomasi Indonesia dan penciptaan suasana kondusif oleh segenap komponen bangsa di Papua , .maka negara-negara Pasifik Selatan tidak terlalu merespons ide Benny Wenda dan kelompoknya.
Memang harus diakui bahwa kerawanan terkait gangguan kelompok separatis di Papua masih sangat mengkhawatirkan dan masuk dalam level serius menurut teori Robert Ring, ditandai masih banyaknya aksi aksi kekerasan oleh kelompok kriminal Bersenjata. Hal ini seperti terdapatnya korban tewas dari beberapa personel aparat kemananan yang bertugas di Papua oleh aksi-aksi kelompok separatis.
Perang propaganda terkait berbagai isu di Papua diperkirakan akan terus berlanjut, karena oknum-oknum kelompok Papua Merdeka terus mempengaruhi kelompok yang ada di luar negeri agar mendapat simpatik dengan terus berupaya memanfaatkan dan menggoda agar isu Papua merdeka “laku dijual” seperti di arena acara Melanesian Spearhead Groups dan Pasific Islands Forum di wilayah Melanesia.
Bukan hanya itu, keterlibatan pihak asing juga disinyalir berasal dari kelompok Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) dalam kerusuhan di Papua beberapa minggu ke belakang seperti yang disampaikan oleh Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu.
Terorisme di Bumi Cendrawasih?
Polri mengklaim bahwa sejak dua tahun ke belakang, kelompok teroris Jamaah Ansarut Daulah (JAD) yang berafiliasi dengan ISIS memang sudah beroperasi di Papua.
Menurut Polri JAD telah aktif di beberapa wilayah di Papua seperti Jayapura, Wamena, Fakfak, Manokwari, dan Merauke. Polri bahkan mengklaim, bahwa tahun lalu, Densus 88 sudah menggagalkan rencana JAD untuk melakukan pengeboman di Polres Manokwari.Untuk itu Polri akan terus mendalami tentang keterlibatan kelompok ini dalam kerusuhan di Papua.
Semoga Pemerintah Indonesia tetap tegas dan tidak lelah dalam menjaga Papua dari berbagai ancaman propaganda asing. Apalagi menurut berbagai kalangan ada tiga isu krusial yang dapat “menggoncangkan” pemerintahan Jokowi ke depan yaitu perpindahan ibukota ke Kalimantan Timur, isu Papua merdeka dan kondisi perekonomian nasional yang dipengaruhi resesi global serta pertarungan ekonomi berbagai negara digjaya yang dapat berimbas sewaktu-waktu bagi Indonesia. Untuk itu diperlukan peran semua komponen dalam menjaga kedaulatan NKRI serta berbagai propaganda asing salah satunya dengan melawan hoax dan menyebar berbagai konten positif yang dapat mempersatukan serta mengcounter propaganda hoax yang memecah belah. Menjalin berbagai kebersamaan tanpa membedakan latar belakang dalam kegiatan kegiatan positif yang menumbuhkan optimisme dan kemajuan bangsa.
Menurut Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara, ada sekitar 20 negara yang ikut menyebarkan berita hoaks. Pihaknya pun menemukan 500 ribu URL hoaks penyebab kerusuhan di Papua tadi.
Timbul pertanyaan, siapa yang mendisain dan membuat propaganda hoaks ? Sejauhmana mereka telah merasuki berbagai info sesat terhadap orang Papua? Adakah peran “asing” disana?
Pihak “Asing” tentunya tidak bekerja sendiri dalam memuluskan agendanya membuat Papua rusuh untuk menguasai Papua demi kepentingan ekonomi dan kepentingan sosial politik. Mereka pihak asing dan kompradornya berkonspirasi dengan pihak-pihak jaringan didalam negeri melalui berbagai isu propaganda yang ujungnya mendorong Papua merdeka. Isu papua selalu dijadikan komoditas politik elit politik nasional dalam melakukan bargaining untuk kepentingan kekuasaan dan jabatan.
Sejak dahulu kelompok politik Papua seperti United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) dan Komite Nasional Papua Barat (KNPB) bersama-sama aktif menyuarakan tuntutan agar pemerintah Indonesia mengakui kedaulatan bangsa Papua Barat. Berbagai manuver di luarnegeri terus dilakukan dengan cara yang tidak gentlemen. Rakyat Papua dimanipulasi dengan sedemikian rupa dengan berbagai tipu daya sementara oknum oknum tersebut yang berjuang diluarnegeri menikmati hidup dengan bersenang senang.
Pada saat ketika peringatan HUT kemerdekaan RI mereka juga terus memprovokasi masyarakat Papua agar mendukung propaganda mereka untuk membentuk opini di dunia internasional bahwa seolah-olah seluruh masyarakat Papua tidak mengakui entitasnya dalam NKRI, sehingga dijadikan “pintu masuk” oleh salah satunya seperti Benny Wenda bersama ULMWP melalui gerakan pragmatis mereka khususnya di wilayah Pasifik Selatan, untuk memperjuangkan kemerdekaan Papua. Berkat upaya diplomasi Indonesia dan penciptaan suasana kondusif oleh segenap komponen bangsa di Papua , .maka negara-negara Pasifik Selatan tidak terlalu merespons ide Benny Wenda dan kelompoknya.
Memang harus diakui bahwa kerawanan terkait gangguan kelompok separatis di Papua masih sangat mengkhawatirkan dan masuk dalam level serius menurut teori Robert Ring, ditandai masih banyaknya aksi aksi kekerasan oleh kelompok kriminal Bersenjata. Hal ini seperti terdapatnya korban tewas dari beberapa personel aparat kemananan yang bertugas di Papua oleh aksi-aksi kelompok separatis.
Perang propaganda terkait berbagai isu di Papua diperkirakan akan terus berlanjut, karena oknum-oknum kelompok Papua Merdeka terus mempengaruhi kelompok yang ada di luar negeri agar mendapat simpatik dengan terus berupaya memanfaatkan dan menggoda agar isu Papua merdeka “laku dijual” seperti di arena acara Melanesian Spearhead Groups dan Pasific Islands Forum di wilayah Melanesia.
Bukan hanya itu, keterlibatan pihak asing juga disinyalir berasal dari kelompok Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) dalam kerusuhan di Papua beberapa minggu ke belakang seperti yang disampaikan oleh Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu.
Terorisme di Bumi Cendrawasih?
Polri mengklaim bahwa sejak dua tahun ke belakang, kelompok teroris Jamaah Ansarut Daulah (JAD) yang berafiliasi dengan ISIS memang sudah beroperasi di Papua.
Menurut Polri JAD telah aktif di beberapa wilayah di Papua seperti Jayapura, Wamena, Fakfak, Manokwari, dan Merauke. Polri bahkan mengklaim, bahwa tahun lalu, Densus 88 sudah menggagalkan rencana JAD untuk melakukan pengeboman di Polres Manokwari.Untuk itu Polri akan terus mendalami tentang keterlibatan kelompok ini dalam kerusuhan di Papua.
Semoga Pemerintah Indonesia tetap tegas dan tidak lelah dalam menjaga Papua dari berbagai ancaman propaganda asing. Apalagi menurut berbagai kalangan ada tiga isu krusial yang dapat “menggoncangkan” pemerintahan Jokowi ke depan yaitu perpindahan ibukota ke Kalimantan Timur, isu Papua merdeka dan kondisi perekonomian nasional yang dipengaruhi resesi global serta pertarungan ekonomi berbagai negara digjaya yang dapat berimbas sewaktu-waktu bagi Indonesia. Untuk itu diperlukan peran semua komponen dalam menjaga kedaulatan NKRI serta berbagai propaganda asing salah satunya dengan melawan hoax dan menyebar berbagai konten positif yang dapat mempersatukan serta mengcounter propaganda hoax yang memecah belah. Menjalin berbagai kebersamaan tanpa membedakan latar belakang dalam kegiatan kegiatan positif yang menumbuhkan optimisme dan kemajuan bangsa.
No comments:
Post a Comment