VIVAnews - Anggota Panitia Seleksi Calon Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (Capim KPK) Hendardi tak mempermasalahkan kritik yang terus dilancarkan oleh kelompok masyarakat sipil terkait seleksi dan kandidat calon pimpinan KPK yang baru. Dia mengaku tidak memperdulikannya.
"Biar saja. Enggak saya pikirin. Dari awal Pansel dibentuk mereka sudah nyinyir begitu. Malah kelihatan punya interest yang tidak kesampaian, makanya tuduh kiri-kanan," kata Hendardi saat dihubungi, Minggu, 25 Agustus 2019.
Hendardi juga tak ambil pusing atas kritik yang disampaikan oleh Ketua YLBHI, Asfinawati, terhadapnya. Asfina menyebut Hendardi pernah menjadi penasihat Polri sehingga mempunyai konflik kepentingan di Pansel Capim KPK dengan para jenderal polisi yang menjadi kandidat calon pimpinan KPK yang baru.
"Memangnya integritas saya dibangun hanya beberapa tahun ini, sejak saya jadi penasihat ahli kapolri? Terlalu simplistik. Integritas saya dibangun lebih dari tiga dasawarsa, sejak saya jadi pimpinan mahasiswa. Mungkin sebagian dari mereka masih menyusu," katanya.
Hendardi memaparkan dia menjadi Penasihat Ahli Kapolri sejak masa kepemimpinan Jenderal Badrodin Haiti sampai sekarang. Dengan posisi itu, dia bukan merupakan organ struktural Polri tapi hanya semacam think tankuntuk kapolri dan wakapolri.
"Anggotanya sebagian besar profesor dan doktor serta purnawirawan jenderal polisi dari berbagai disiplin ilmu dan keahlian,” katanya.
Tak hanya itu, Hendardi menegaskan di dalam tubuh tim seleksi calon pimpinan KPK kali ini tak hanya dia sendiri yang berstatus Penasihat Ahli Kapolri. Ada juga Indrianto Senoaji.
Sebelumnya, anggota Koalisi Kawal Capim KPK dari YLBHI, Asfinawati, menilai terdapat sejumlah pansel capim KPK yang memiliki konflik kepentingan. Di antaranya Yenti Garnasih, Indriyanto Seno Adji dan Hendardi. (ase)
No comments:
Post a Comment