Director for Presidential Studies-DECODE UGM, Nyarwi Ahmad mengatakan bahwa dinamika politik Nasdem semakin terlihat adanya perpecahan di Koalisi Indonesia Kerja (KIK).
Ada potensi terjadinya oposisi dalam koalisi yaitu semacam kecenderungan untuk mengedepankan kepentingan. Namun, kekuatan oposisi tidak akan kuat dan tidak begitu beresiko jika Partai Nasdem hanya sendiri.
“Nah kalau itu kondisinya kesana (oposisi di dalam koalisi) itu ada kemungkinan, artinya oposisi ya, ya semacam kecenderungan untuk mengedepankan kepentingan yang kemudian itu juga ada,” ungkap Nyarwi Ahmad Kepada Kantor Berita RMOL, Kamis (1/8)
Kekuatan oposisi dalam koalisi belum akan terjadi dalam waktu dekat karena Partai Nasdem masih berusaha mendapatkan kursi kabinet maupun jabatan lain.
“Potensi itu ada, tapi sekali lagi potensi seperti itu juga tergantung kondisi. Kita belum bisa melihat kepentingan yang bisa mereka dapat itu apa kan, mereka bisa rugi kalau salah mengambil sikap,” katanya.
Kekuatan oposisi dalam koalisi kemungkinan akan terjadi dua tahun menjelang Pilpres 2024.
“Kalau dalam waktu dekat sepertinya kecil kemungkinan, karena mereka masih mengedepankan soal sharing power itu,” katanya.
Menurut politisi PDIP Kapitra Amprera dan Dwi Ria Latifa, sebaiknya Partai Nasdem keluar dari koalisi dan menjadi oposisi. Pasalnya pertemuan antara Mega dan Prabowo tidak disukai dan dicurigai oleh Partai Nasdem serta seolah-olah ditafsirkan akan membuat satu masalah untuk Nasdem.
“Saya terkejut amat sangat terkejut ternyata Nasdem lagi menyiapkan diri untuk jadi oposisi yang sesungguhnya, bahasa-bahasa yang dikeluarkan saudara saya ini (Akbar Faizal) adalah bahasa-bahasa oposisi, dan lebih baik keluar dari koalisi itu lebih bagus. Kedua, atau mungkin Nasdem takut ketinggalan? (Sehingga) kegundahan itu dimunculkan ke permukaan bahwa dia akan takut kehilangan. Ini lah yang membuat sedih,” kata Kapitra Ampera.
Senada, Dwi Ria Latifa menganggap pernyataan politisi Nasdem Akbar Faizal di acara tersebut sebagai ucapan ketidaksukaan pertemuan antara Presiden terpilih Jokowi dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, termasuk Prabowo bertemu dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
“Yang disampaikan Bang Akbar Faizal begitu menggebu-gebunya yang dibahas tentang kabinet dan ketidaksukaan terhadap pertemuan antara Bu Mega dengan Pak Prabowo atau Pak Jokowi dengan Pak Prabowo, bahwa seolah-olah pertemuan itu kemudian ditafsirkan akan membuat satu masalah buat Nasdem atau buat Bang Akbar, apa ini maksudnya?” ucap Dwi Ria Latifa di acara ILC menanggapi statemen Akbar Faizal.
Padahal yang dibahas dari awal, lanjut Dwi Ria Latifa, bagaimana keindahan dari pertemuan tokoh bangsa, yang pada pemilu lalu ribut sampai ke akar rumpul. Pertemuan ini membuat kesejukan di tengah masyarakat, lalu kenapa komplain. Dia minta Nasdem jujur, yang dikhawatirkan sebenarnya apa, apakah persolan kursi.
No comments:
Post a Comment