Pertemuan Jokowi-Prabowo dampaknya sangat luar biasa terutama bagi eks-pendukung Prabowo golongan penumpang gelap.
Bagi mereka, pertemuan Jokowi-Prabowo adalah lenyapnya kesempatan untuk melanjutkan agenda kelompok mereka masing-masing. Jika Jokowi-Prabowo bertemu, perseteruan akan berakhir, kedamaian dan kondusivitas politik akan terjalin, dan mereka pun harus memulai strategi baru untuk melanjutkan agendanya.
Golongan penumpang gelap ini pastinya tidak tenang menyaksikan negeri ini damai. Impian mereka adalah keadaan negara dalam kondisi gawat darurat. Sebab hanya dengan keadaan negara seperti itulah mereka punya kesempatan untuk mewujudkan agenda.
Yang sangat menyakitkan bagi mereka, pertemuan Jokowi-Prabowo berarti hilangnya alat, boneka, mainan, dan sarana untuk menghantam negeri ini. Sebab selama ini mereka menempatkan Prabowo sebagai panutan dan junjungan. Mereka mengangkat Prabowo setinggi-tingginya agar bisa mengambil manfaat dari mantan Danjen Kopassus itu.
Lalu siapakan para penumpang gelap pendukung Prabowo itu? Mereka adalah para tokoh radikalis agama destruktif, para pemuja khilafah dan antek-antek teroris. Radikalis agamis destruktif adalah mereka yang mau menjalankan agamanya secara murni tetapi memaksa orang lain mengikuti jalannya serta menganggap yang lain sesat dan harus disingkirkan karena dianggap sebagai perusak agama.
Tak ada lagi tempat bersembunyi bagi HTI yang selama ini berada di belakang Prabowo, demikian juga untuk para teroris dan antek-anteknya. Maka tidak heran jika golongan tersebut kemudian berbalik menyerang Prabowo ketika bertemu dengan Jokowi.
Setidaknya, dengan mencaci-maki Prabowo, mereka punya peluang untuk tetap memanaskan suasana. walaupun sebenarnya mereka sedang menunjukkan siapa jati diri sebenarnya.
Menurut Ketua Presidium Jaringan Aktivis Reformasi Indonesia (JARI 98) Willy Prakarsa mengatakan bahwa Prabowo harus diselamatkan dari penumpang gelap atau pembisik yang berusaha menungganginya.
Mereka berasal dari barisan sakit hati terhadap tindakan pemerintah yang seakan mendiskreditkan kelompoknya.
“Menurut saya Prabowo harus diselamatkan dari penumpang “gelap”. Para pembisik-pembisiknya itu berbahaya sekali,” kata Willy dalam diskusi bertajuk ‘Waspada Penumpang Gelap di Penghujung Pengumuman Hasil Pemilu 2019’, di kawasan Cikini, Menteng Jakarta Pusat, Kamis (16/5/2019).
Willy meyakini Prabowo adalah sosok gentlemen dan bisa legowo.
Sumber : https://bidikdata.com/gagal-mempermainkan-prabowo-penumpang-gelap-gelagapan.html
Bagi mereka, pertemuan Jokowi-Prabowo adalah lenyapnya kesempatan untuk melanjutkan agenda kelompok mereka masing-masing. Jika Jokowi-Prabowo bertemu, perseteruan akan berakhir, kedamaian dan kondusivitas politik akan terjalin, dan mereka pun harus memulai strategi baru untuk melanjutkan agendanya.
Golongan penumpang gelap ini pastinya tidak tenang menyaksikan negeri ini damai. Impian mereka adalah keadaan negara dalam kondisi gawat darurat. Sebab hanya dengan keadaan negara seperti itulah mereka punya kesempatan untuk mewujudkan agenda.
Yang sangat menyakitkan bagi mereka, pertemuan Jokowi-Prabowo berarti hilangnya alat, boneka, mainan, dan sarana untuk menghantam negeri ini. Sebab selama ini mereka menempatkan Prabowo sebagai panutan dan junjungan. Mereka mengangkat Prabowo setinggi-tingginya agar bisa mengambil manfaat dari mantan Danjen Kopassus itu.
Lalu siapakan para penumpang gelap pendukung Prabowo itu? Mereka adalah para tokoh radikalis agama destruktif, para pemuja khilafah dan antek-antek teroris. Radikalis agamis destruktif adalah mereka yang mau menjalankan agamanya secara murni tetapi memaksa orang lain mengikuti jalannya serta menganggap yang lain sesat dan harus disingkirkan karena dianggap sebagai perusak agama.
Tak ada lagi tempat bersembunyi bagi HTI yang selama ini berada di belakang Prabowo, demikian juga untuk para teroris dan antek-anteknya. Maka tidak heran jika golongan tersebut kemudian berbalik menyerang Prabowo ketika bertemu dengan Jokowi.
Setidaknya, dengan mencaci-maki Prabowo, mereka punya peluang untuk tetap memanaskan suasana. walaupun sebenarnya mereka sedang menunjukkan siapa jati diri sebenarnya.
Menurut Ketua Presidium Jaringan Aktivis Reformasi Indonesia (JARI 98) Willy Prakarsa mengatakan bahwa Prabowo harus diselamatkan dari penumpang gelap atau pembisik yang berusaha menungganginya.
Mereka berasal dari barisan sakit hati terhadap tindakan pemerintah yang seakan mendiskreditkan kelompoknya.
“Menurut saya Prabowo harus diselamatkan dari penumpang “gelap”. Para pembisik-pembisiknya itu berbahaya sekali,” kata Willy dalam diskusi bertajuk ‘Waspada Penumpang Gelap di Penghujung Pengumuman Hasil Pemilu 2019’, di kawasan Cikini, Menteng Jakarta Pusat, Kamis (16/5/2019).
Willy meyakini Prabowo adalah sosok gentlemen dan bisa legowo.
Sumber : https://bidikdata.com/gagal-mempermainkan-prabowo-penumpang-gelap-gelagapan.html
No comments:
Post a Comment