Habibie Sindir Prabowo Sebagai Pemberontak yang Hanya Manfaatkan Tuhan Demi Kepentingan Pribadi
Kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sudah tidak sabar menunggu hasil
pengumuman KPU. Sudah sekian kali klaim kemenangan dipublikasikan tanpa
menunjukkan data real dari sumber kemenangan itu. Sementara hasil
perhitungan (Situng) KPU menempatkan paslon Jokowi-Ma’ruf menang.
Baik Prabowo maupun seluruh pendukungnya tidak mempercayai hasil
quick count, dan menyebut mereka telah merekayasa hasil demi menciptakan
opini bahwa kubu petahanalah yang memenangkan kontestasi.
Sejumlah dugaan kecurangan kemudian sengaja dimunculkan serta
dihembus-hembus secara amat masif serta provokatif, sambil tak lupa
tentu saja terus berusaha menempelkan aura-aura yang bersifat keagamaan.
Konyolnya lagi, Prabowo malah lantas tampil ke publik dan dengan
percaya diri menyatakan telah memenangkan pilpres dengan perolehan suara
sebesar 62 persen lengkap dengan sujud syukur atas kemenangan tersebut.
Lebih parah lagi, Prabowo Presiden pun seolah dipaksakan untuk memenuhi syahwat kekuasaannya.
Maka wajar jika seorang Bacharuddin Jusuf Habibie menyebut kelompok 02 dan juga Prabowo adalah orang yang tak tahu mekanisme.
Menristek era kepemimpinan Soeharto ini mengatakan bahwa mekanisme
penyelesaian sengketa pemilu tersebut sudah ditetapkan dalam
undang-undang. Menurut dia, bagi pihak-pihak yang tidak puas dengan
aturan tersebut dapat mengajukan usulan perubahan undang-undang sesuai
dengan prosedur yang berlaku.
“Kita ada mekanismenya, kalau Anda mau mengubah mekanismenya silakan
ubah, tapi ada peraturannya cara mengubah,” jelas Presiden ke-3 Republik
Indonesia ini.
Kubu Prabowo dan pakar-pakar dibelakangnya seharusnya paham terkait
mekanisme penyelesaian sengketa sesuai UU. Jika tak paham baiknya
dibubarkan saja, namun jika paham berarti terdapat niat untuk melanggar
aturan tanpa peduli dampak yang ditimbulkan. Hal ini membuktikan bahwa
Prabowo lebih mendengarkan bisikan dari ormas-ormas keagamaan yang
cenderung radikal daripada saran dari partai pendukungnya.
Karena itu, Habibie menyesalkan banyaknya pihak yang kebingungan
akibat adanya saling klaim bahwa pasangan calon presiden dan calon wakil
presiden tertentu telah memenangi Pilpres 2019.
Bahkan ia juga sempat ditanya dalam sebuah acara buka bersama Ikatan
Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), di Jakarta, Kamis (9/5). Habibie
menceritakan bagaimana pihak luar kerap bertanya pada dirinya tentang
pemenang Pilpres 2019.
“Saya kemarin terima duta besar dari United Arab Emirates, pertanyaan
pertama adalah, Pak, siapa yang menang, nomor 1 atau nomor 2,” kata
Habibie.
Karena itu ia meminta agar semua pihak tidak dengan mudah membawa nama Tuhan demi kepentingan kelompoknya.
“Tidak ada segelintir memperjuangkan memanfaatkan atas nama Tuhan
Yang Maha Esa Allah SWT untuk memperjuangkan kepentingan dirinya atau
grupnya,” katanya.
Ia berharap setelah KPU mengumumkan hasil Pemilu 2019 pada 22 Mei
nanti, masyarakat dapat kembali bekerja untuk kemajuan bangsa dengan
memberikan karya-karya nyata.
No comments:
Post a Comment