JAKARTA – Calon wakil presiden nomor urut 01, Ma’ruf Amin sukses memukau hadirin pada debat ketiga Pilpres, Minggu (17/3). Penampilan Ma’ruf di luar ekpektasi banyak pihak karena tenang, terukur dan mudah dipahami serta menggunakan kosa kata yang variatif sedangkan Sandiaga tetap menjual program Oke Oce tanpa ada sesuatu yang baru dan tanpa solusi.
Ma’ruf juga mampu menjelaskan permasalahan stunting, infrastruktur, birokrasi bahkan menjawab program KTP dari Sandiaga dengan baik yang memeprlihatkan Ma’ruf Amin ternyata tidak kolot serta hanya tau tentang agama. Seperti yang ditulis Alifurrahman dalam artikelnya.
Berikut tulisan Alifurrahman:
Kiai Maruf Sangat Mengejutkan, Sandiaga Jadi Terlihat Kuno
Oleh: Alifurrahman.
Mengejutkan. Mungkin itu yang bisa saya simpulkan dari debat Cawapres kali ini. di luar ekspektasi saya, dan mungkin di luar perkiraan banyak orang. Begitu tenang, begitu jelas, dan sangat-sangat tepat, terukur dan mudah dipahami. Tidak ada pertanyaan yang tak mampu dijawab dengan baik, pemilihan katanya pun begitu variatif. Sementara sebaliknya, Sandiaga tetap begitu, sebut nama orang yang entah ada atau tidak, kemudian jualan Oke Oce. Tak ada kebaruan, tak ada solusi.
Kiai Maruf begitu fasih menjelaskan KIP Kuliah, Kartu Sembako Murah dan Kartu Pra Kerja. Dan yang cukup membuat saya merinding, ketika beliau dengan percaya diri mengatakan “la takhof wa la tahzan, anak-anakku jangan takut bermimpi, negara hadir untuk memenuhi seluruh kebutuhan kalian.”
Saya terkejut ketika Kiai Maruf bisa dengan tenang menjelaskan permasalahan stunting. Bahwa penanganannya harus dilakukan sejak anak dalam kandungan, bukan setelah lahir, apalagi setelah usia 2 tahun. Dari sisi kedokteran dan fiqh bisa beliau jelaskan, bertemu di satu solusi yang sama. Ini bukan saja sekedar membuat kita yakin bahwa Kiai paham betul cara menangani stunting di Indonesia, tapi juga menyadarkan kita bahwa teori kedokteran dan syariah bisa sejalan.
Poin ini sangat penting, karena selama ini di kalangan muslim fanatik, beberapa ada yang meragukan ilmu kedokteran. Sekali lagi, Kiai berhasil menyadarkan kita semua, bahwa ilmu kedokteran dan fiqh pada dasarnya sama dan tidak saling bertentangan.
Begitupun ketika menjelaskan soal infrastruktur, Kiai Maruf dengan sangat yakin membahas pembangunan palapa ring. Dunia usaha dan dunia industri, opera house, infrastruktur langit, decacorn, cyber university dan basic capital and maximize utility. Semua adalah istilah-istilah modern dan kekinian, yang berhasil disampaikan secara detail.
Bahkan soal birokrasi, tentang instrumen pemantau anggaran dari pusat ke daerah, Kiai Maruf Amin bisa menjelaskan dengan baik. Dengan Neraca Pendidikan Daerah serta Data Pokok Pendidikan.
Dan bagian yang paling menarik, sangat telak, adalah saat Sandiaga dengan percaya dirinya mengeluarkan KTP, untuk menggantikan kartu-kartu sakti yang ditawarkan oleh Jokowi Amin. Jawaban Kiai benar-benar di luar perkiraan, jauh lebih modern melampaui ide Sandi.
“KTP belum ready digunakan. Karenanya kita pakai kartu per sektor supaya lebih mudah. Kalau masyarakat sudah siap, pakai handphone saja nantinya,” jawab Kiai Maruf santai.
Jawaban ini kalau diibaratkan main bola, seperti aksi tendangan jarak jauh yang langsung menghujam tanpa ampun ke gawang lawan. Sangat fantastis. Haha
Bahasan-bahasan tersebut pada akhirnya membuat kita sadar, bahwa Kiai Maruf bukanlah Kiai kolot, kaku, ketinggalan jaman ataupun tak paham teknologi. Justru, di usianya yang sudah tidak muda, Kiai Maruf malah jauh lebih paham soal teknologi dibanding Sandiaga.
Kiai sangat menguasai permasalahan hingga teknis dan solusi yang akan ditawarkan. Begitu detail. Bahkan mampu menggambarkan visi Indonesia maju 10 tahun ke depan.
Waaaaw….!
Saya sebagai yang jauh lebih muda dari Kiai, bahkan sempat meragukan kapasitasnya dalam dunia digital dan berpikir beliau ini hanya tau soal agama, saat menuliskan ini saya merasa sangat-sangat malu.
Kiai yang tampil dengan surbannya itu, terlihat begitu luar biasa dan visioner. Berpikir jauh ke depan. Memahami segala hal permasalahan yang ada di Indonesia, baik masalah ibu-ibu hingga anak muda. Sementara Sandi yang tampil dengan jas mewahnya, terlihat jauh lebih muda, tapi nyatanya tak paham apa-apa.
Saya pikir, malam ini akhirnya kita paham kenapa Presiden Jokowi memilih Kiai Maruf Amin sebagai wakilnya hingga 2024. Bukan sekedar mengamankan suara NU, bukan sebatas menjadi tameng serangan kelompok radikal. Tapi lebih dari itu, Maruf Amin memang sangat pantas untuk menjadi Wapres. Lagi-lagi, saya malu sekali karena dulu sangat menolak Kiai Maruf sebagai pendamping Jokowi. hahaha
Terakhir, inilah saatnya Indonesia memiliki dua pemimpin terbaik yang lahir dari rahim rakyat biasa. Bukan konglomrat, maju bukan karena punya logistik dan kardus. Jokowi dan Kiai Maruf adalah dua orang yang benar-benar memiliki kapasitas dan mau untuk bekerja, membawa negara ini ke arah yang lebih maju. Begitulah.
#JokowiAminMENANG
No comments:
Post a Comment