Jakarta – Prabowo Subianto terbukti sebagai sosok yang inkonsisten dan terkesan hanya memanfaatkan rakyat dan umat Islam sebagai alat politik untuk kepentingan dirinya.
Oleh para pendukungnya, Prabowo disebut sebagai titisan Allah, menyerahkan pemerintahan kepada Prabowo adalah jihad fisabillilah. Padahal Prabowo hanya menjadikan Islam sebagai kendaraan politik.
Pada November 2018, Prabowo menjadi pro Yahudi. Sementara pada Desember 2018, Prabowo mengucapkan Selamat Natal bahkan mengikuti rangkaian perayaan Natal bersama umat Nasrani.
Prabowo adalah salah satu tokoh yang ikut mendukung rencana pindahnya kedubes Amerika Serikat Dan Australia Ke Yerusalem, dimana bangsa Indonesia termasuk FPI dan ormas Islam lainnya sangat membela Palestina.
Pemerintah dituduh pro asing padahal Prabowo sendiri pro Australia dan Amerika. Dalam salah satu pidato Prabowo yang disampaikan dalam forum LDII, Prabowo menyebut kondisi negara buruk karena sistem neoliberalisme barat. Di beberapa kesempatan Prabowo berkoar-koar bahwa anti ‘asing dan aseng’.
Prabowo bertemu dengan Duta Besar Tiongkok Xiao Qian dan mengatakan harus menjalin hubungan yang baik. Bukan hanya itu, Prabowo pun bertemu dengan pengusaha-pengusaha Tiongkok di Indonesia dan menerima dana sumbangan. Di lain kesempatan saat bertemu dengan duta besar Australia, Gary Quinlan, Prabowo menyebut jalin kedekatan dengan barat.
Begitu besarnya ambisi Prabowo untuk mencapai kekuasaan sehingga segala cara dilegalkannya. Kadang Prabowo menjadi Islam, kadang menjadi Kristen. Kadang pro asing, kadang anti asing.
No comments:
Post a Comment