Foto: konferensi pers Kebijakan pemerintah dalam rangka pengendalian Defisit Neraca Transaksi Berjalan (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pelemahan nilai tukar rupiah masih terus terjadi. Pada perdagangan Rabu (5/9/2018), rupiah berada pada level Rp 14.938 per dolar AS.
Terkait kondisi itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan kondisi rupiah sangat terdampak pada sentimen dunia terhadap negara emerging market. Ia mencontohkan pada hari ini, banyak fund manager yang melakukan rebalancing karena menilai ada dampak negatif ekonomi global terhadap negara emerging market.
"Dengan reaksi yang muncul seperti itu, pemerintah ingin menyampaikan ke masyarakat, pemerintah tetap siap siaga. Kami siap untuk merespons terus, kalau memang kejadian atau situasi berubah, ini yang akan kami lakukan," kata Sri Mulyani di kantornya, Rabu (5/9/2018).
Lalu, dia menjelaskan, ada tiga hal yang menjadi sorotan dunia kepada negara emerging market. Ketiganya adalah neraca pembayaran, pertumbuhan ekonomi, dan inflasi.
"Indonesia untuk pertumbuhan ekonomi dan inflasi bagus, namun neraca pembayaran kita dianggap merupakan bagian yang harus di-address. Maka sekarang kita address isu itu," ujarnya.
Menurut Sri Mulyani, cara pemerintah menanggapi isu tersebut adalah dengan menghadirkan berbagai kebijakan fiskal. Salah satu kebijakan terbaru adalah menaikkan tarif impor terhadap 1.147 komoditas impor.
Sri Mulyani menjelaskan, langkah pemerintah bertujuan memberi sinyal positif kepada pasar. Pasar tentu ingin melihat negara yang merespons dan apakah respons itu mampu mengatasi masalah struktural.
"Kebijakan yang ada kita desain untuk menunjukkan kita itu memahami tantangan yang ada dan merespons secara benar, memperkuat fondasi kita, memperkuat industri kita," jelasnya.
Kebijakan yang ada pun bertujuan untuk melindungi ekonomi dalam negeri dari ketidakseimbangan perekonomian pada tataran internasional. Itu semua, utamanya berasal dari gejolak capital flow.
Di sisi lain, bersama dengan bank sentral, Pemerintah akan tetap berusaha agar arus modal masuk bisa tetap terjaga walau kondisi ekonomi sedang seperti sekarang.
"Pemerintah sekarang all out menggunakan instrumen untuk menjaga, agar keseimbangan eksternal kita ini menjadi jauh lebih kuat. Karena situasi di luar [global] tidak bisa kita harapkan mereda," papar Sri Mulyani.
(miq/miq)
No comments:
Post a Comment