Jakarta –
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Mahfud MD menuliskan kesedihannya
melihat para pendukung Prabowo Subianto dan Joko Widodo (Jokowi). Lewat
akun twitter pribadinya@mohmahfudmd, kegundahan Mahfud MD menyinggung kelompok yang memakai label agama, walau pemain yang dijagokannya tak paham.
Mahfud MD prihatin melihat perang di medsos menjelang Pilpres 2019 yang kebanyakan memperhadapkan kubu Jokowi dan kubu Prabowo sebagai musuh. Saling serang antara kedua kubu tidak baik untuk masa depan NKRI. Mahfud MD berpesan agar masyarakat telah diadu domba. Prabowo dan Jokowi bukan musuh tetapi hanya berkompetisi secara politik dan keduanya sudah saling berkunjung, masyarakat kalap padahal Jokowi dan Prabowo rukun.
Atas dasar tersebut, Mahfud MD berpesan agar tetap menjaga NKRI. Beliau juga mengimbau masyarakat untuk mendukung pasangan karena konsep dan integritasnya, benar-benar mengerti agama bukan menjadikan agama, Ulama dan umat sebagai tunggangan dan berbau radikal, padahal Sholat saja tidak. Hal ini menunjukkan pasangan yang dijagokan memakai label agama namun tidak paham agama. Pilpres tidak hanya memilih pemimpin selama 5 tahun dan rugi jika hanya karena Pilpres masyarakat saling bermusuhan.
Menurut Mahfud penggunaan agama menjadi tameng politik dilihat dari dua sisi yaitu sisi waktu dan elit. Kalangan waktu hanya berdasarkan emosi sedangkan kalangan politik menjadikan agama sebagai alat untuk meraih dukungan. Rakyat bisa emosi kalau agama dilecehkan karena pemimpin tidak Islam namun dijadikan oleh elit politik menjadi “Sayalah yang Islam”. (RA/MCF)
Mahfud MD prihatin melihat perang di medsos menjelang Pilpres 2019 yang kebanyakan memperhadapkan kubu Jokowi dan kubu Prabowo sebagai musuh. Saling serang antara kedua kubu tidak baik untuk masa depan NKRI. Mahfud MD berpesan agar masyarakat telah diadu domba. Prabowo dan Jokowi bukan musuh tetapi hanya berkompetisi secara politik dan keduanya sudah saling berkunjung, masyarakat kalap padahal Jokowi dan Prabowo rukun.
Atas dasar tersebut, Mahfud MD berpesan agar tetap menjaga NKRI. Beliau juga mengimbau masyarakat untuk mendukung pasangan karena konsep dan integritasnya, benar-benar mengerti agama bukan menjadikan agama, Ulama dan umat sebagai tunggangan dan berbau radikal, padahal Sholat saja tidak. Hal ini menunjukkan pasangan yang dijagokan memakai label agama namun tidak paham agama. Pilpres tidak hanya memilih pemimpin selama 5 tahun dan rugi jika hanya karena Pilpres masyarakat saling bermusuhan.
Menurut Mahfud penggunaan agama menjadi tameng politik dilihat dari dua sisi yaitu sisi waktu dan elit. Kalangan waktu hanya berdasarkan emosi sedangkan kalangan politik menjadikan agama sebagai alat untuk meraih dukungan. Rakyat bisa emosi kalau agama dilecehkan karena pemimpin tidak Islam namun dijadikan oleh elit politik menjadi “Sayalah yang Islam”. (RA/MCF)
No comments:
Post a Comment