Bangsa Indonesia akan dihadapkan dengan pesta demokrasi, dimana nantinya pada tahun 2019, rakyat sendirilah yang akan menentukan nasib bangsa dan negara ini selama lima tahun kedepan melalui Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres).
Pilpres 2019 tidak hanya soal pertarungan antara Joko Widodo atau Prabowo Subianto, tapi ada skenario dan upaya kerusuhan yang ingin diulang seperti kejadian tahun 1998 silam.
Massa Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang sudah resmi dibubarkan oleh pemerintah sedang menunggu momentum untuk mengubah sistem demokrasi di Indonesia menjadi khilafah.
Upaya penegakan khilafah hanya dapat dilakukan apabila Indonesia berada dalam kondisi ricuh. Hal ini dilakukan salah satunya dengan menggaungkan gerakan #2019GantiPresiden.
Saat ini, HTI sudah menempati posisi elit dan siap bergerak jika kerusuhan terjadi.
Melalui gerakan #2019GantiPresiden, mereka akan terus memprovokasi dan mencari masalah untuk membuat ricuh dan rusuh.
Tentu saja, analisa tersebut memiliki dasar, salah satu bukti dari analisa tersebut adalah video Mardani Ali Sera yang bersama elite HTI mengatakan “2019 ganti Presiden, ganti sistem, Allahuakbar,” secara bergantian.
Nah… ganti Presiden, siapa lagi sedangkan Capres Dan Cawapres hanyalah 2 Pasangan. Sistem.. yang dimaksud adalah Pancasila akan mau diganti dengan Khilafah.
Tidak heran apabila pergerakan deklarasi terlihat seperti teror di berbagai daerah.
Masyarakat jangan mudah terpancing deklarasi #2019GantiPresiden dan menolaknya karena hal tersebut digerakkan oleh PKS dan HTI yang jelas-jelas bertentangan dan ingin merubah ideologi Bangsa Indonesia yaitu Pancasila.
Sumber : http://bacafakta.com/waspadai-upaya-tegakkan-negara-khilafah-hti-tunggangi-gerakan-2019gantipresiden/
No comments:
Post a Comment