Gubernur Nusa Tenggara Barat, Tuan Guru Bajang Zainul Majdi (TGB) menjelaskan pernyataannya yang melarang menggunakan ayat-ayat perang.
Dilansir TribunWow.com dari Kompas TV, TGB menjelaskan soal ayat-ayat perang yang ia larang untuk digunakan sebagai alat pemilu.
Menurutnya kontestasi politik berbeda dengan perang.
"Ada banyak sekali beberapa orang, berorasi di depan publik, ada ayat Surat Ali Imran, Al Anfal, dan At-Taubah, itu yag kerap digunakan untuk konstestasi politik, nah saya menganjurkan agar tidak menggunakan ayat-ayat perang, saya tidak bisa membayangkan jika publik berpikir bahwa pilkada seperti halnya perang yang dilakukan Rosulullah dan para sahabat, pasti hal itu akan terjadi permusuhan, padahal tahun 2014 belum selesai dan besok 2019 diproduksi lagi," ujar TGB.
Setelah itu, politisi Demokrat itu mengatakan bahwa tidak boleh menggunakan ayat-ayat yang berisi soal perang sebagai ceramah untuk politik.
TGB lantas mengatakan bahwa di dalam pemilu yang paling penting adalah kompetisi dalam kebaikan.
"Dalam konteks ayat perang saat itu kaum kafir quraish ingin menghancurkan Madinah, peperangan antara yang haq dan bathil( benar dan salah), sementara saat ini kan tidak ada yang ingin menghancurkan, semuanya ingin berbuat baik agar Indonesia maju ke depan, Indonesia yang mampu kompetitif dengan negara lain," ujar TGB.
Menurutnya, pemilu hanya mekanisme mencari pemipin yang terbaik
"Pemilu adalah mekanisme 5 tahunan, kita bisa mencari yang terbaik, hal-hal yang bisa ditawarkan untuk bangsa, maka itu yang kita pilih," ujarnya.
Sebelumnya, TGB mengunggah video saat dia mengisi sebuah ceramah.
Ceramah itu ia unggah di akun Instagramnya, @tuangurubajang, Jumat (6/7/2018) malam.
Dalam video itu, ia meminta tidak menggunakan ayat-ayat perang dalam Alquran untuk urusan kontestasi politik.
Seperti ini catatan TGB selengkapnya:
"Apa aset kita yang tidak terlihat sebagai bangsa? Aset yang tidak terlihat itu adalah persaudaraan dan persatuan kita sebagai bangsa. Kita ini bersaudara. Apakah bapak-bapak berani mengatakan bahwa anda adalah yang haq, sementara lawan politik adalah yang bathil seperti kafir Quraisy? Siapa yang berani? Kalau saya tidak berani. . .
Siapapun yang mendengar ucapan saya ini, tokoh-tokoh, guru-guru yang saya muliakan. Tolong berhentilah berkontestasi politik dengan mengutip ayat-ayat perang dalam Al-Qur’an. Kita tidak sedang berperang. Kita ini satu bangsa. Saling mengisi dalam kebaikan. . .
Kalau kita berkontestasi politik atau apapun, letakkan itu dalam “fastabiqul khoirot". Letakkan itu dalam “lita’arafu”. Beda-beda gagasan, semangatnya adalah untuk ta’aruf, saling mengisi dan saling belajar. Siapa yang bisa menyelesaikan masalah Indonesia sendirian? Hanya bisa dilakukan jika kita semua bersama-sama.
Apa yang kemarin ada di media-media. Saya banyak sekali menerima pertanyaan tentang masalah ini. Tuduhan-tuduhan juga banyak. Hujatan-hujatan juga lebih banyak. Ya tidak apa-apa. Kan kita hidup itu kalau ungkapan para ulama, membuat semua orang senang atau menyenangkan semua orang itu sesuatu yang mustahil. . .
Jadi kalau kita mau bikin senang, ya kepada yang menciptakan manusia saja lah. Itu urusannya pasti baik. Kalau kita berusaha mencari ridha dan keridhaan Allah supaya mencintai kita, itu pasti menguntungkan. Tapi kalau kita berepot-repot untuk mencari kecintaan manusia, atau “menjilat” manusia, itu biasanya akan kecewa dan tidak akan membawa kebaikan apa-apa. Wallohu a’lam bishowab."
Sumber : http://wow.tribunnews.com/2018/07/09/tak-menganjurkan-ayat-ayat-perang-dalam-kampanye-politik-tgb-politik-itu-berlomba-dalam-kebaikan?page=all&_ga=2.3083696.1692421208.1531183407-698117688.1525524060
Dilansir TribunWow.com dari Kompas TV, TGB menjelaskan soal ayat-ayat perang yang ia larang untuk digunakan sebagai alat pemilu.
Menurutnya kontestasi politik berbeda dengan perang.
"Ada banyak sekali beberapa orang, berorasi di depan publik, ada ayat Surat Ali Imran, Al Anfal, dan At-Taubah, itu yag kerap digunakan untuk konstestasi politik, nah saya menganjurkan agar tidak menggunakan ayat-ayat perang, saya tidak bisa membayangkan jika publik berpikir bahwa pilkada seperti halnya perang yang dilakukan Rosulullah dan para sahabat, pasti hal itu akan terjadi permusuhan, padahal tahun 2014 belum selesai dan besok 2019 diproduksi lagi," ujar TGB.
Setelah itu, politisi Demokrat itu mengatakan bahwa tidak boleh menggunakan ayat-ayat yang berisi soal perang sebagai ceramah untuk politik.
TGB lantas mengatakan bahwa di dalam pemilu yang paling penting adalah kompetisi dalam kebaikan.
"Dalam konteks ayat perang saat itu kaum kafir quraish ingin menghancurkan Madinah, peperangan antara yang haq dan bathil( benar dan salah), sementara saat ini kan tidak ada yang ingin menghancurkan, semuanya ingin berbuat baik agar Indonesia maju ke depan, Indonesia yang mampu kompetitif dengan negara lain," ujar TGB.
Menurutnya, pemilu hanya mekanisme mencari pemipin yang terbaik
"Pemilu adalah mekanisme 5 tahunan, kita bisa mencari yang terbaik, hal-hal yang bisa ditawarkan untuk bangsa, maka itu yang kita pilih," ujarnya.
Sebelumnya, TGB mengunggah video saat dia mengisi sebuah ceramah.
Ceramah itu ia unggah di akun Instagramnya, @tuangurubajang, Jumat (6/7/2018) malam.
Dalam video itu, ia meminta tidak menggunakan ayat-ayat perang dalam Alquran untuk urusan kontestasi politik.
Seperti ini catatan TGB selengkapnya:
"Apa aset kita yang tidak terlihat sebagai bangsa? Aset yang tidak terlihat itu adalah persaudaraan dan persatuan kita sebagai bangsa. Kita ini bersaudara. Apakah bapak-bapak berani mengatakan bahwa anda adalah yang haq, sementara lawan politik adalah yang bathil seperti kafir Quraisy? Siapa yang berani? Kalau saya tidak berani. . .
Siapapun yang mendengar ucapan saya ini, tokoh-tokoh, guru-guru yang saya muliakan. Tolong berhentilah berkontestasi politik dengan mengutip ayat-ayat perang dalam Al-Qur’an. Kita tidak sedang berperang. Kita ini satu bangsa. Saling mengisi dalam kebaikan. . .
Kalau kita berkontestasi politik atau apapun, letakkan itu dalam “fastabiqul khoirot". Letakkan itu dalam “lita’arafu”. Beda-beda gagasan, semangatnya adalah untuk ta’aruf, saling mengisi dan saling belajar. Siapa yang bisa menyelesaikan masalah Indonesia sendirian? Hanya bisa dilakukan jika kita semua bersama-sama.
Apa yang kemarin ada di media-media. Saya banyak sekali menerima pertanyaan tentang masalah ini. Tuduhan-tuduhan juga banyak. Hujatan-hujatan juga lebih banyak. Ya tidak apa-apa. Kan kita hidup itu kalau ungkapan para ulama, membuat semua orang senang atau menyenangkan semua orang itu sesuatu yang mustahil. . .
Jadi kalau kita mau bikin senang, ya kepada yang menciptakan manusia saja lah. Itu urusannya pasti baik. Kalau kita berusaha mencari ridha dan keridhaan Allah supaya mencintai kita, itu pasti menguntungkan. Tapi kalau kita berepot-repot untuk mencari kecintaan manusia, atau “menjilat” manusia, itu biasanya akan kecewa dan tidak akan membawa kebaikan apa-apa. Wallohu a’lam bishowab."
Sumber : http://wow.tribunnews.com/2018/07/09/tak-menganjurkan-ayat-ayat-perang-dalam-kampanye-politik-tgb-politik-itu-berlomba-dalam-kebaikan?page=all&_ga=2.3083696.1692421208.1531183407-698117688.1525524060
No comments:
Post a Comment