Usai bertemu dengan komunitas panahan di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menghadiri penutupan Rembuk Nasional Aktivis ’98, yang digelar di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, Sabtu (7/6) petang.
Dalam sambutannya Presiden Jokowi menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada gerakan Aktivis ’98, yang pada tahun itu memperjuangkan hadirnya kebebasan berekspresi di Republik ini, hadirnya kebebasan berpendapat di negara Indonesia yang tercinta, hadirnya kebebasan pers yang ada di negara ini.
Tetapi, Kepala Negara mengingatkan, bahwa kebebasan itu bukan kebebasan yang semau-maunya, kebebasan itu bukan kebebasan yang sebebas-bebasnya karena kita diikat oleh aturan-aturan, diikat oleh konstitusi.
“Kebebasan itu bukan memberikan ruang untuk sebebas-bebasnya berbicara untuk mengadu domba masyarakat. Kebebasan itu juga bukan kebebasan yang sebebas-bebasnya untuk saling mencela, untuk saling mencemooh di antara kita, sesama saudara sebangsa dan setanah air. Karena aset besar bangsa Indonesia adalah persatuan,” tegas Kepala Negara.
Presiden mempersilakan untuk berbeda pendapat, berbeda pilihan politik juga silakan karena yang dibangun oleh gerakan aktivis ’98 adalah masyarakat yang demokratis. Namun Presiden mengingatkan, bahwa semua adalah saudara sebangsa dan setanah air.
“Jangan karena berbeda politik, berbeda pilihan politik, saling mencela, saling mencemooh, saling menjelekkan, itu bukan etika dan budaya bangsa kita Indonesia,” tutur Presiden.
Oleh sebab itu, Presiden mengajak segenap elemen bangsa untuk bersama-sama merapatkan barisan, menggalang kekuatan untuk melawan intoleransi, melawan radikalisme, melawan terorisme.
“Inilah pekerjaan besar kita untuk membangun kembali aset besar kita yaitu persatuan dan persaudaraan diantara kita sebagai saudara sebangsa dan setanah air,” ujar Presiden Jokowi.
Tampak hadir dalam kesempatan itu antara lain Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, dan Ketua DPD RI Oesman Sapta Odang.
Sumber
Dalam sambutannya Presiden Jokowi menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada gerakan Aktivis ’98, yang pada tahun itu memperjuangkan hadirnya kebebasan berekspresi di Republik ini, hadirnya kebebasan berpendapat di negara Indonesia yang tercinta, hadirnya kebebasan pers yang ada di negara ini.
Tetapi, Kepala Negara mengingatkan, bahwa kebebasan itu bukan kebebasan yang semau-maunya, kebebasan itu bukan kebebasan yang sebebas-bebasnya karena kita diikat oleh aturan-aturan, diikat oleh konstitusi.
“Kebebasan itu bukan memberikan ruang untuk sebebas-bebasnya berbicara untuk mengadu domba masyarakat. Kebebasan itu juga bukan kebebasan yang sebebas-bebasnya untuk saling mencela, untuk saling mencemooh di antara kita, sesama saudara sebangsa dan setanah air. Karena aset besar bangsa Indonesia adalah persatuan,” tegas Kepala Negara.
Presiden mempersilakan untuk berbeda pendapat, berbeda pilihan politik juga silakan karena yang dibangun oleh gerakan aktivis ’98 adalah masyarakat yang demokratis. Namun Presiden mengingatkan, bahwa semua adalah saudara sebangsa dan setanah air.
“Jangan karena berbeda politik, berbeda pilihan politik, saling mencela, saling mencemooh, saling menjelekkan, itu bukan etika dan budaya bangsa kita Indonesia,” tutur Presiden.
Oleh sebab itu, Presiden mengajak segenap elemen bangsa untuk bersama-sama merapatkan barisan, menggalang kekuatan untuk melawan intoleransi, melawan radikalisme, melawan terorisme.
“Inilah pekerjaan besar kita untuk membangun kembali aset besar kita yaitu persatuan dan persaudaraan diantara kita sebagai saudara sebangsa dan setanah air,” ujar Presiden Jokowi.
Tampak hadir dalam kesempatan itu antara lain Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, dan Ketua DPD RI Oesman Sapta Odang.
Sumber
No comments:
Post a Comment