Pada Natal Nasional perdana 2014, Presiden Jokowi berucap akan sering mengunjungi Papua. Di depan ribuan relawannya di Gedung GOR Sentani Jokowi berjanji akan membangun Istana Presiden di Papua. Ia akan sering ke Papua untuk memastikan pembangunan dan kesejahteraan rakyat Papua terjamin.
Kemarin, kali ke delapan Jokowi berkunjung ke Papua. Ia mengunjungi Asmat. Sebelumnya Jokowi berkunjung ke Nduga. Kab Nduga adalah daerah merah. Daerah paling berbahaya di Papua. Tidak ada seorangpun pejabat tinggi keamanan negara memberi nasihat lampu hijau kepada Jokowi. Semua meminta Jokowi tidak masuk wilayah itu. Nduga wilayah paling berbahaya.
Dasar koepig. Jokowi tidak peduli. Ia tidak mau tahu. Ia tidak peduli. Ia memerintahkan bawahannya untuk bersiap pergi ke Nduga. BIN, TNI, Polisi dan Paspampres kalang kabut. Ini terlalu berisiko. Mereka orang lapangan sudah tahu banyak korban tewas di daerah merah itu. Tapi perintah tetaplah perintah. Perintah Jokowi tidak bisa ditolak. Bawahannya sudah tahu keras kepala Jokowi jika sudah menetapkan perintah.
Lihat saja langkah Jokowi pada tanggal 2 Desember 2016. Siapa berani menduga Jokowi akan lenggang kangkung dengan payung berjalan kaki menembus ratusan ribu manusia menuju panggung aksi 212 di Monas?
Bahkan orang terdekatnya Luhut Binsar Pandjaitan tidak tahu Jokowi memutuskan naik panggung 212. Padahal semua bawahannya mulai dari Kepala BIN, Panglima TNI, Kapolri, Menko Polhukam sudah wanti2 risiko bahaya keselamatan jiwa Presiden Jokowi jika pergi ke sana. Tidak ada tim advance Paspampres seperti biasa dalam protap pengawalan presiden. Semua serba mendadak.
Keberanian Jokowi baru2 ini juga bikin kita tarik nafas panjang. Bagaimana mungkin Jokowi dengan tenang tanpa cemas menunggang sepeda motor sepanjang 30 kilometer melewati jalanan umum dari Sukabumi - Pelabuhan Ratu?
Bukankah mengendarai motor sejauh itu di tempat terbuka sangat berisiko? Risikonya bisa ditabrak musuh Jokowi atau bisa juga Jokowi terjatuh karena jalanan yang licin berpasir. Sangat lucu jika Jokowi jatuh dari Chopper misalnya. Apa kata dunia?
Sejarah touring Jokowi bikin media dunia meliput. Koran Stars di Amrik menempatkan foto ekslusif Jokowi saat disamperin Bona yang berlari mengejar Jokowi hanya bercelana kolor biru telanjang dada. Jokowi dengan santai menyambut uluran tangan Bona. Lelaki pengagum Jokowi yang sudah menunggu Jokowi sejak pagi di teras depan rumah kakaknya.
Kemarin Jokowi berkunjung lagi ke Asmat Papua. Dalam rintik hujan menyiram bumi Asmat Jokowi membonceng Ibu Negara Iriana Widodo membelah jalanan. Jokowi pake kemeja lengan panjang putih padu celana hitam. Serasi dengan istrinya.
Tanpa rasa grogi, Jokowi bak Bang Ojek profesional membonceng istrinya di tengah rintik hujan yang membasahi tubuh kedua pasangan romantis ini. Kita tidak pernah melihat momen langka seperti ini. Jokowi dengan lincah meliuk motor bebek metic itu menyusuri jalanan Asmat.
Di kiri kanan jalan orang Asmat tertawa sumringah. Ada yang memanggil kencang nama Jokowi. Rasanya Jokowi jadi bapak mereka. Bapak sesungguhnya. Bapak yang sayang dan peduli pada Papua.
Momen cinta Jokowi pada anak Papua tampak orisinil. Otentik. Tanpa kepura-puraan. Jokowi dengan sifat kebapakannya menggendong dua bocah kecil Asmat. Tangan kanan kirinya menggendong dua bocah kecil yang sinar matanya menyorotkan perlu dukungan pemerintah bagi kesejahteraan keluarga mereka.
Pada Agustus 2015, saya hampir seminggu di Papua. Tolikara pasca kerusuhan saya kunjungi. Di pasar Tolikara banyak para ibu duduk di emperan. Menjual hasil buminya. Sekedar bertahan hidup. Mereka membawa bayi dan anak2nya ikut menemani berjualan. Dari pagi hingga petang.
Bayi2 mungil, kurus, kurang terawat dengan ingus meleleh sudah menjadi pemandangan umum. Saya menggendong seorang bayi yang baru saja selesai menetek pada ibunya. Saya bercakap2 dengan ibunya. Menanyakan kesehatan bayinya yang menurut saya kurang mendapat asupan gizi dan perawatan layaknya bayi2 yang lahir di kota besar.
Mendengar suara lirih ibu si bayi bikin saya geleng2 kepala. Bagaimana bisa membeli susu jika penghasilan mereka untuk membeli sabun saja kadang tidak mampu. Saya memeriksa kulit si bayi mungil. Penuh daki dan kotor. Aromanya tidak enak dicium. Si Ibu bayi hanya memberi ASI. Cuma itu.
Perhatian Presiden Jokowi pada Papua membuat saya tersentuh. Tidak mudah membangkitkan harapan orang Papua. Sudah terlalu lama mereka merintih perih pada republik ini. Saya menyaksikan nestapa sedih dan kemurungan anak2 Papua yang seperti tercampakkan dari masa depan.
Kemarin Presiden Jokowi membangkitkan harapan itu. Harapan Papua lebih baik lagi. Bukan saja memberikan pembangunan infrastruktur agar ekonomi Papua bangkit. Lebih penting dan utama dari itu semua itu ada cinta tulus melimpah dari Presiden Jokowi bagi anak2 Papua.
Terima kasih Pak Jokowi..
Salam perjuangan penuh cinta
#JokowiPresidenCinta
No comments:
Post a Comment